Perhatikan Drainase, Warna Sesuai Preferensi
Memilih pot untuk tanaman kesayangan tidak boleh sembarangan. Salah-salah bisa bikin pertumbuhan jadi terhambat. Ada sejumlah aspek yang harus diperhatikan seperti drainase dan tampilan.
SALAH satu hobi yang banyak dilakukan adalah merawat tanaman hias. Selain berfungsi mengusir kejenuhan, tanaman hias bisa mempercantik ruangan. Nah, cantiknya ruangan tak hanya dilihat dari jenis dan kondisi tanaman. Tampilan dan bentuk pot juga mendukung.
Seorang penghobi tanaman asal Surabaya, Ruri, membagikan tips memilih pot yang tepat. Baik dari perspektif estetika maupun fungsinya. Dengan demikian, tanaman dapat tumbuh subur, tapi tetap elok dipandang. ’’Secara estetika umumnya menyesuaikan konsep awal yang diinginkan,’’ terang pria 30 tahun itu kepada Jawa Pos Rabu (22/2) lalu.
Ruri mencontohkan, konsep yang elegan dapat menggunakan pot berbentuk minimalis dan warna monokrom. Asalkan warna dasar, tidak harus putih atau hitam. Nah, pemilihan tone cerah atau tidak kembali ke preferensi masing-masing. Sebab, warna pot diyakini bisa memengaruhi suasana hati. ’’Misalnya, pot kuning bisa bikin lebih ceria. Mungkin sugesti saja,’’ lanjutnya.
Bahkan, Ruri pernah menemukan salah satu kafe di Surabaya yang memakai pot bertema silver. Digunakan pada tanaman tilansia dan menyesuaikan konsep kafe tersebut. Menurut Ruri, hal itu tak menjadi masalah karena pot memang dapat didesain tematik. ’’Untuk pot indoor, balik lagi suka cerah atau tidak,’’ paparnya.
Selain itu, pemilihan ukuran pot dengan ukuran tanaman harus proporsional. Sebab, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman. Pertumbuhan akan terhambat jika pot yang digunakan terlalu kecil. Ruri mencontohkan, tanaman hias setinggi 25 sentimeter masih bisa menggunakan pot berdiameter 15 sentimeter.
Pot yang terlalu besar juga menimbulkan risiko kebusukan dan penyakit akar. Penyebabnya, media tanam dalam pot bakal terlalu banyak. Dengan begitu, media tanam menjadi terlalu basah dan membutuhkan waktu lama untuk kering. ’’Jadinya berdampak ke akar dan batang tanaman itu,’’ ungkap dia.
Karena itu, drainase pot turut menjadi aspek yang harus diperhatikan. Air harus mudah keluar dari lubang pot. Jangan sampai media tanam tergenang saat penyiraman. Selain mencegah kebusukan, hal itu bisa memperbanyak oksigen yang diterima akar tanaman. ’’Banyak produsen pot yang tidak memperhatikan hal tersebut. Lubang mampet, terlalu kecil, ataupun terlalu sedikit,’’ papar bapak satu anak itu.
Tenang saja, pot dengan drainase kurang baik masih bisa digunakan. Ada sejumlah cara untuk mengatasi kendala itu. Di antaranya, menambah lubang drainase secara manual, menggunakan pot lebih besar untuk melapisi pot utama, serta melapisi bagian bawah tanaman dengan pumis, styrofoam, hingga potongan genting. ’’Fungsinya menjaga porositas karena itu yang utama. Kalau sudah telanjur, langsung bongkar saja dan diobati,’’ tuturnya.
Pemilihan bahan dan bentuk pot menyesuaikan nuansa yang diinginkan. Tentu, setiap bahan memiliki kekurangan maupun kelebihan. Misalnya, pot plastik tentu lebih murah dibandingkan bahan lain. Namun, dari sisi estetika juga kurang menarik. Ciri-ciri pot plastik yang bagus, antara lain, lentur dan tak terlalu kaku. ’’Paling mudah melihatnya dari merek dan harga. Biasanya pot plastik dibuat untuk budi daya,’’ ucap dia.
Menurut Ruri, bahan pot relatif tidak berpengaruh pada kesehatan tanaman. Tapi, dia menyarankan pot berbahan gerabah solid dengan tingkat bakaran tinggi karena lebih dingin dan dapat menjaga kelembapan tanaman. Tentu saja, harganya lebih mahal dan lebih berat. ’’Agak sulit dibersihkan juga, tidak seperti pot plastik,’’ ungkap pemilik Pop Plant itu.
Pada akhirnya, pemilihan pot kembali pada preferensi setiap pemiliknya. Sebab, selera setiap orang tidaklah sama. Bahkan, ada sejumlah tanaman yang tak membutuhkan pot seperti anggrek, tilansia, dan bambu hoki.