JawaPos.com – A. Sudrajat selaku petugas Babinsa Gayungan memastikan jika para petugas rumah aman tidak ada yang berperilaku jahat. Dia meminta agar petugas yang diduga memberikan balsem kepada mata R (remaja 17 tahun) untuk tidak diputus kerja.
“Saya 12 tahun di sini. Saya sudah anggap anak-anak di shelter ini seperti anak saya sendiri. Saya ada tiga anak di rumah,” papar Sudrajat kepada para aaak media.
Dia menduga ada miskomunikasi antara petugas dengan anak-anak binaan rumah aman di Gayungsari itu. Sudrajat menyebutkan, dirinya sempat menemukan benda tajam di pakaian penghuni rumah aman.
“Ada dua benda lumayan tajam. Satunya dibuat dari bekas sikat gigi yang ujungnya tajam, lalu satunya lagi dari seperti besi begitu. Petugas lengah sedikit ya berbahaya itu, jangan sudutkan petugas saja, petugas juga perlu aman,” terangnya.
Sudrajat menambahkan, seluruh kebutuhan anak-anak rumah aman dipastikan terjamin. Mulai dari makanan yang bergizi hingga kebutuhan kesehatan. “Ada penghuni shelter itu pernah kudis. Kami antarkan ke puskesmas dan kami belikan juga vitamin pakai uang sendiri, lho,” imbuh Sudrajat.
Sebelumnya, Surabaya dihebohkan dengan kasus kekerasan kepada anak yang dititipkan di rumah aman milik Pemkot Surabaya. Kelompok pendamping anak dari Surabaya Children Crisis Center (SCCC) melaporkan ke Polrestabes Surabaya terkait dugaan adanya praktik penyiksaan anak di shelter atau rumah aman.
Laporan yang tercatat dan dibuat pada Rabu (1/3) dengan nomor TLB/B/238/III/2023/SPKT/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR itu menyampaikan, jika remaja R (inisial) mengaku ditampar dan matanya diolesi balsem oleh oknum petugas rumah aman. (*)