JawaPos.com – Demam Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) tiba-tiba menjadi tren baru di dunia teknologi. Tren ini telah memberikan gebrakan bagi para penggemar teknologi dan memaksa perusahaan teknologi untuk bergabung dengan tren tersebut.
Hal ini bermula saat evolusi AI seperti ChatGPT telah mendorong perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Microsoft, dan Meta tentang seberapa besar pengaruh AI. Ditambah, Microsoft telah menginvestasikan sejumlah besar uang ke perusahaan bernama OpenAI dan telah mulai mengintegrasikan alat AI ke dalam produk dan layanannya.
Google juga telah mengeluarkan alat AI-nya sendiri yang disebut Google Bard. Dengan laporan eksperimen AI baru, Meta adalah perusahaan teknologi terbaru yang menggunakan kereta AI.
CEO Meta Mark Zuckerberg telah mengumumkan bahwa perusahaan saat ini sedang mengerjakan grup produk tingkat atas baru. Produk ini akan mengintegrasikan AI generatif ke dalam layanannya yang digunakan oleh miliaran pengguna di seluruh dunia.
Dilansir dari TechCrunch, Zuckerberg lebih lanjut menjelaskan bahwa tim pertama-tama akan fokus pada pembuatan alat kreatif AI. Namun, tujuan jangka panjangnya adalah membuat alat AI yang dapat membantu orang dalam banyak hal.
Dia menambahkan, banyak pekerjaan pondasi yang sedang berlangsung dan perusahaan akan mengumumkan kepada publik setelah pekerjaan pondasi atau dasar teknologi tersebut selesai dibuat.
Perusahaan milik Facebook itu akan memulai dengan menguji alat AI berbasis teks seperti ChatGPT di WhatsApp dan Messenger. Sebanyak pengguna akan menyambut fitur baru ini dengan tangan terbuka, Meta mungkin akhirnya menawarkan fitur ini untuk bisnis penjualan dan dukungan pelanggan juga.
Selain AI WhatsApp, Meta juga mencoba menggunakan alat AI ini di berbagai bidang seperti membuat filter dan iklan untuk Instagram. Perusahaan juga mencoba opsi untuk menggunakan video dan fitur multimedia lainnya.
Semenentara dilansir dari laman Axios, mantan eksekutif Apple, Ahmad Al-Dahle akan memimpin proyek ini. Tim ini juga akan melapor kepada chief product officer Chris Cox.