JawaPos.com – Barcelona dapat menjual beberapa pemain bintang mereka untuk mengumpulkan 178 juta poundsterling (Rp 3,2 triliun). Tujuan itu sebagai langkah menyeimbangkan pembukuan mereka di tengah kesengsaraan keuangan musim ini.
Klub raksasa Catalunya itu tidak dapat merekrut pemain baru selama jendela transfer musim panas menyusul pengeluaran mereka yang sembrono musim panas lalu.
Kepala Eksekutif La Liga, Javier Tebas, mengecam kesepakatan transfer klub dan mengatakan mereka harus melakukan pemotongan sekitar 178 juta poundsterling.
“Kami memiliki kontrol ekonomi yang ketat. Di akhir setiap jendela, kami memberi tahu semua klub di La Liga apa yang dapat mereka belanjakan,” katanya, seperti dilansir Sportbible.com.
“Dalam kasus Barcelona, mereka harus mengurangi pengeluaran untuk gaji dan transfer dari 650 juta euro menjadi 450 juta euro – jadi anggarannya minus 200 juta euro.”
Manajemen Barcelona sebenarnya tak tinggal diam. Mereka meminta pemain di skuad utama bersedia melakukan pemotongan gaji, tetapi mereka akan mencari cara lainnya untuk mengumpulkan dana dengan melepas pemain bintang di akhir musim.
Beberapa pemain tim utama bisa dijual antara lain Robert Lewandowski, Frenkie de Jong, dan Raphinha.
Spekulasi berkembang mengenai masa depan Lewandowski yang baru bergabung musim panas lalu. Dia mencetak 25 gol yang mengesankan di semua kompetisi musim ini, tetapi dia bisa ditransfer untuk membantu situasi keuangan klub.
De Jong telah menjadi subjek spekulasi transfer yang intens, dengan Erik ten Hag dianggap sangat tertarik untuk menggaetnya ke Manchester United.
Belum lagi Raphinha yang juga pindah musim panas lalu. Mantan pemain sayap Leeds United itu akan kembali ke Liga Premier karena Arsenal dan Newcastle United diyakini tertarik untuk mengontrak pemain Brasil itu.
Barca juga siap menjual pemain seperti Samuel Umtiti, Clement Lenglet, Alex Collado, dan Sergino Dest, yang semuanya dipinjamkan dari Camp Nou. Ferran Torres dan Ansu Fati juga berada di blok pemotongan gaji.
Yang jelas, skuad asuhan Xavi menghadapi potensi eksodus massal di musim panas saat mereka berupaya mengumpulkan dana untuk memperbaiki masalah keuangan mereka.