JawaPos.com – FC Barcelona merupakan klub yang identik dengan permainan penguasaan bola dominan.

Tiki-taka, begitu gaya permainan tersebut dikenal, berada dalam titik tertinggi di era Pep Guardiola (2008–2012) dan berlanjut bersama sederet pelatih.

Antara lain Tito Vilanova, Gerardo Martino, Luis Enrique, Ernesto Valverde, Quique Setien, Ronald Koeman, Sergi Barjuan, hingga Xavi Hernandez.

Nama terakhir adalah murid Pep sehingga penguasaan bola dominan seolah digaransi dalam taktik Xavi.

Sejak dilatih Xavi per 6 November 2021, hanya tiga kali Barca kalah dalam penguasaan bola. Yang paling rendah terjadi dalam first leg semifinal Copa del Rey kontra Real Madrid di Estadio Santiago Bernabeu kemarin dini hari (3/3) WIB.

Sergio Busquets dkk hanya membukukan 35,3 persen penguasaan bola dalam laga bertajuk El Clasico edisi ke-286 tersebut.

Meski begitu, Barca berhasil mengalahkan Real 1-0 via gol bunuh diri bek Eder Militao (26’) sekaligus memperpanjang rekor sempurna Xavi sebagai entrenador Barca di Bernabeu (4 laga, 4 menang).

”Aku puas dengan hasilnya meski tidak untuk permainannya. Pertahanan kami spektakuler malam ini (kemarin dini hari WIB, Red),” ucap Xavi kepada The Athletic.

”Intinya, kami tidak mengkhianati gaya main apa pun dengan hasil ini karena Real membuat kami bermain defensif dan kami tahu caranya,” sambung pelatih yang musim ini telah mengalahkan Real 3-1 dalam perebutan Supercopa de Espana di Riyadh (16/1) tersebut.

Taktik bertahan Barca membuat Real tanpa tendangan tepat sasaran meski melepaskan 13 tendangan. Itu jadi kali pertama Real mengalaminya di Bernabeu sejak 2010.

Xavibus –begitu julukan yang diberikan media Spanyol maupun fans di dunia maya untuk taktik Xavi kemarin– berhasil juga tak lepas dari keputusan kembali memainkan Ronald Araujo sebagai bek kanan.

Tujuannya jelas. Yakni, menetralisasi agresivitas wide attacker Real Vinicius Junior yang ada di sisi kiri penyerangan Los Merengues –sebutan Real.

Uruguayo –julukan Araujo– seperti mengulang kesuksesan ketika Barca menang 4-0 pada jornada ke-22 La Liga musim lalu (21/3/2022) dan di final Supercopa de Espana. ”Araujo seperti kryptonite bagi Vinicius,” tulis Marca.

Xavibus memang pilihan realistis bagi Xavi lantaran absennya pilar di lini serang seperti Robert Lewandowski, Ousmane Dembele, dan Pedri.

Tapi, di mata entrenador Real Carlo Ancelotti, Xavibus dianggap sebagai upaya membuat El Clasico tidak enak ditonton.

”Agak aneh melihat mereka (Barca, Red) bermain bertahan. Saya tidak berpikir mereka layak mendapatkannya (kemenangan, Red) meski mereka telah memperlihatkan salah satu penampilan bertahan terbaik musim ini,” beber Ancelotti kepada Diario AS.

 

By admin