JawaPos.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan penyakit leptospirosis menjadi menyumbang 139 kematian dari 1408 kasus yang terlaporkan di Indonesia pada 2022 lalu. Penyakit ini lebih meningkat kasusnya saat musim hujan dan banjir.
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi, berdasarkan data hingga Desember 2022 lalu, penyakit yang berasal dari hewan terbanyak hingga akhir tahun 2022 ada di Provinsi Jawa Tengah dengan 502 kasus dan angka kematian 70 orang.
Sementara di provinsi DKI Jakarta dilaporkan 7 kasus dengan kematian nihil. D provinsi Banten ada 64 kasus dan yang meninggal mencapai 12 orang. Selanjutnya, di Jawa Barat dilaporkan ada 187 kasus leptospirosis dengan angka kematian mencapai 30 orang.
Di Yogyakarta, Kemenkes mencatat ada 235 kasus leptospirosis dengan angka kematian mencapai 13 orang. Sedangkan di Jawa Timur tercatat 401 kasus dengan angka kematian 14 orang.
Sementara di Kalimantan Timur tercatat 4 kasus leptospirosis dengan angka kematian nihil, Kalimantan Utara 3 kasus dengan kematian nihil, Sulawesi Selatan 1 kasus dengan kematian nihil, dan di Sulawesi Tenggara dengan 4 kasus dan angka kematian nihil.
Hanya provinsi Kalimantan Selatan, Maluku, dan Sumatera Selatan, kata Nadia yang tak mencatatkan kasus leptospirosis di tahun 2022. Namun begitu, menurutnya hal itu bisa jadi bukan karena tak ada kasusnya, melainkan karena tak melapor saja.
“Ini adalah provinsi yang rutin mendeteksi dan melaporkan kasus leptospirosis. Belum tentu provinsi lain nol tidak ada kasus, tapi mungkin tidak dilaporkan,” ucapnya.
Untuk diketahui, penyebab penyakit leptospirosis adalah karena bakteri yang disebut leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan. Salah satunya, tikus.
Di Indonesia, hewan penular utamanya adalah tikus melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan, khususnya ketika banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri.
Tikus tersebut kemudian akan berkeliaran di sekitar manusia. Saat banjir kotoran dan kencingnya bercampur dengan air banjir tersebut.
Seseorang yang menderika luka, kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira berpotensi terinfeksi.