JawaPos.com – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta menerapkan prosedur biosekuriti. Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penularan flu burung clade baru yang berpotensi terjadi di Ibu Kota.

“Kami melaksanakan prosedur biosekuriti di sentra peternakan unggas, pengiriman, bahkan ketika menurunkan dan menaikkan ternak,” kata Kepala Dinas KPKP DKI Suharini Eliawati, dalam diskusi pencegahan flu burung di Jakarta, dikutip dari Antara Kamis (2/3).

Dinas KPKP DKI mewaspadai penularan virus H5N1 clade baru 2.3.4.4b itu, mengingat kebutuhan unggas di Jakarta mencapai satu juga ekor per hari.

Untuk itu, lanjut dia, pengawasan lalu lintas unggas dari daerah lain masuk ke Jakarta perlu diperketat, karena DKI Jakarta bukan produsen peternakan unggas.

“Surat keterangan hewan dari daerah asal itu menjadi syarat yang sangat penting. Sehingga menjadi kewaspadaan dan atensi semua,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, fokus kewaspadaan juga dilakukan kepada petugas di rumah potong hewan unggas, mengingat DKI Jakarta memiliki enam rumah potong hewan (RPH).

“Di DKI ada enam RPH unggas. Keluar masuknya itu pasti akan menjadi sesuatu yang perlu kami waspadai bersama karena petugas bisa menjadi carrier (pembawa virus),” imbuhnya.

Untuk meningkatkan biosekuriti lainnya, yakni menjaga kebersihan kandang unggas dan melakukan disinfeksi.

Selain itu, menggunakan masker saat kontak dengan unggas.

Dinas KPKP DKI meminta masyarakat melaporkan kepada Dinas KPKP DKI termasuk kepada kantor wilayah, apabila menemukan kematian mendadak unggas.

Ada pun ciri-ciri gejala flu burung pada unggas yakni jengger berwarna merah kehitaman sampai biru dan bengkak dan dapat disertai pendarahan yang kental di ujungnya.

Selain itu, perdarahan bisa terjadi pada daerah kulit yang tidak ditumbuhi bulu khususnya tulang kering pada kaki.

Gejala terakhir, yakni kematian unggas mendadak dalam jumlah banyak tanpa ada tanda sakit atau sedikit gejala lumpuh.

By admin