JawaPos.com–Pemkot Surabaya membanderol tiket feeder sekali naik per dua jam sebesar Rp 5.000.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Aning Rachmawati meminta jika penumpang dari feeder yang berpindah ke Trans Semanggi Suroboyo cukup bayar sekali. Dengan catatan, durasi perjalanannya dua jam.
Politikus PKS itu menuturkan, keluhan yang sering didapati ketika terjun ke masyarakat adalah tarif yang mahal. Jika dibandingkan dengan menggunakan transportasi publik-pribadi, masyarakat Surabaya memilih pribadi.
”Dari yang sebelumnya transportasi publik beralih ke pribadi karena dihitung-hitung kok lebih tinggi publik atau selisihnya sedikit. Pribadi bisa lebih cepat waktunya juga,” jelas Aning.
Anggota Badan Anggaran DPRD Surabaya itu optimistis jika feeder bisa mengikis angka kemacetan di Kota Pahlawan. Sebab, rute-rute yang dibuat berdasar dengan kajian dan eksisting yang ada.
”Dishub Surabaya sudah bertemu dan berdiskusi juga dengan Kementerian Perhubungan. Kita tunggu bagaimana hasilnya, transportasi publik itu harus ramah kantong, pelayanan maksimal, dan durasi layanan juga cepat,” papar Aning.
Bulan ini, Pemkot Surabaya meluncurkan 52 unit feeder Surabaya. Yang terdiri atas 14 unit Hiace dengan kapasitas 14 penumpang dan 38 unit Grandmax dengan kapasitas 10 penumpang.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, feeder harus memenuhi beberapa hal supaya berjalan maksimal. Itu agar Surabaya terbebas dari kemacetan. Apa saja itu?
”Harus tepat waktu, aroma di dalam feeder harus dibuat nyaman jangan bau rokok, full pendingin ruang, dan harus memikirkan daerah penyangga,” jelas Eri.
Menurut mantan Kepala Bappeko Surabaya itu, Surabaya tidak boleh memikirkan diri sendiri. Daerah penyangga, seperti Sidoarjo dan Gresik perlu duduk bersama dengan Pemkot Surabaya.
”Karena perlu tahu ibu/bapak, setiap pagi jalur masuk Surabaya itu macet. Kemudian, jalur keluar Surabaya ketika sore hari penuh kendaraan,” imbuh Eri.