JawaPos.com – Empat judul buku baru dilahirkan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Menariknya, buku-buku tersebit merupakan kumpulan tulisan hasil tugas mata kuliah Bahasa Indonesia mahasiswa semester dua.

Keempat buku tersebut berjudul Milenial dan Gejala Sosial, Alam Pikiran Kaum Muda, Dilema Sosial di Era Digital, dan Bergerak dari Gagasan. Semua merupakan karya mahasiswa di bawah bimbingan dosen Nafik Muthohirin.

“Ini semua murni karya mahasiswa. Mereka menulis dan mengeditnya sendiri. Saya pilih penulis paling bagus sebagai editor,” kata Nafik tentang proses pembuatan buku.

Topik tulisan ditentukan sepenuhnya oleh mahasiswa. Dosen, lanjut Nafif, hanya membimbing dan mengajarkan bagaimana menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. “Proses kreatif sepanjang penulisan dan penyusunan buku menjadi pengalaman menarik bagi mahasiswa,” ungkapnya.

Mahasiswa, kata Nafik, cukup antusias ketika ditawarkan produk perkuliahan berbentuk buku. Selain belajar menulis, karya mereka juga bisa menjadi kebanggan dan bisa dijadikan souvenir untuk kerabat atau teman dekatnya.

Sayangnya tidak semua tulisan mahasiswa lolos seleksi untuk diterbitkan. Selain karena faktor bahasa, juga masih ditemukan unsur plagiasi yang melebihi ambang batas. “Tidak hanya menguasai topik tulisan, tetapi juga menuangkannya dengan bahasa yang tepat dan tentu etika akademik yang baik, tidak boleh plagiasi,” tegas Nafik.

Masing-masing buku ditulis antara 20 sampai 25 mahasiswa. Topik-topik menarik dari perspektif mereka membuat buku ini memiliki daya tarik sendiri. Di buku Milenial dan Gejala Sosial, misalnya, Ade Ananda menulis sub-judul Komentar Bablas, Etika Amblas.

Ade mengupas bagaimana kekuatan netizen menggunakan media sosial sebagai media control terhadap kebijakan. Melalui komentar-komentar netizen, sebuah kebijakan besar bisa berubah karena diikuti oleh follower yang sangat massif. Media sosial menjadi ajang kebebasan berpendapat.

“Akan tetapi, kebebasan berpendapat ini bak pisau bermata dua, karena dunia internet yang begitu bebasnya, netizen juga bisa semena-mena dalam melakukan bullying, body shaming, maupun berkomentar julid pada yang lain,” tulis Ade.

Di buku lain, Dea Putri Nuraeni menulis judul Media Membantai, Budaya Terabai. Di buku Dilema Sosial di Era Digital, Dea merisaukan anak muda yang lebih suka dengan Bohemian Style yang viral di media sosial daripada budaya batik. Bukan soal budaya itu baik atau buruk, tetapi ada akar yang tercerabut akibat tidak mau tahunya anak muda tentang budaya itu sendiri.

Ketua Prodi Komunikasi UMM, Nasrullah, mengatakan buku-buku karya mahasiswanya merupakan salah satu bentuk out-put perkuliahan. Selian buku, mahasiswa juga sudah dapat memproduksi iklan, video klip, bahkan film. Selain itu juga berhasil membranding Kawasan pedesan dan perkotaan, serta membuat event-event tingkat nasional. “Di bidang jurnalistik, banyak karya media baik cetak, audio visual, sampai portal berita dihasilkan oleh mahasiswa kami,” tuturnya.

Karya buku, kata Nasrullah, tidak hanya menjadi out-put mata kuliah Bahasa Indonesia. Di mata kuliah lain, seperti Jurnalistik, Teori Komunikasi, bahkan Perkembangan Teknologi Komunikasi pun mahasiswa menghasilkan buku-buku menarik. Buku berjudul Media Tahu Segalanya merupakan hasil dari tugas mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi semester lalu.

By admin