JawaPos.com – Musim baru Formula 1 akan dimulai akhir pekan ini di Bahrain. Di negara Timur Tengah isu mengenai LGBTQ (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, and Queer) menjadi sangat sensitif.

F1 sendiri memberlakukan aturan lebih tegas tahun ini untuk isu tersebut. Yakni, melarang pembalap untuk mengeluarkan pernyataan atau melakukan aksi barbau politik.

Jika nekat melanggar akan ada sanksi yang bakal dijatuhkan.

Meski telah diancam sanksi berat juara dunia tujuh kali Lewis Hamilton bersikeras akan tetap menyuarakan pendiriannya mengenai pembelaannya terhadap kaum-kaum marjinal seperti kelompok LGBTQ+.

Tahun lalu, Hamilton mengenakan helm bertema pelangi sebagai simbol dukungannya kepada kaum LGBTQ+.

Kemudian, di Tuscan 2020, bintang Mercedes tersebut memakai kasus bertuliskan ”Arrest the cops who killed Breonna Taylor” atau ”Tangkap polisi yang membunuh Breonna Taylor”.  Merujuk pada kasus penembakan seorang wanita di Kentucky oleh polisi.

Formula 1 mempertegas larangan bagi pembalap untuk tidak mengeluarkan pernyataan politik tahun ini. ”Pernyataan berbau politik tanpa ada persetujuan (dari Formula 1) sekarang akan dianggap sebagai pelanggaran International Sporting Code”.

”Kita memiliki platform ini dan aku memiliki tanggung jawab besar. Platform ini bisa membawa perubahan, dialog, dan memulai hal yang baru,” ujar Hamilton dilansir Mirror.

”Masih banyak orang yang bertahan dalam status quo masa lalu. Sehingga mereka menjadi masyarakat yang tertutup. Aku ingin menjadi bagian dari perubahan itu, dan lebih banyak orang yang terlibat.”

 

 

 

By admin