Sering Diolok-olok Teman karena Tidak Punya Ayah
JawaPos.com – Wasiah, 50, menjerit sekeras-kerasnya. Dia histeris melihat tubuh anaknya yang baru kelas IV SD menggantung di dapur rumah. Namun, Wasiah tak mampu menurunkan tubuh anak bungsunya itu. Nyawa MR, inisial bocah 11 tahun itu, akhirnya tak bisa diselamatkan.
”Ya, yang menemukan ibunya sendiri,” ujar Kapolsek Pesanggaran AKP Basori Alwi kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin. Kisah memilukan itu terjadi di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Senin (27/2) sore. Basori menceritakan, sebelum ditemukan meninggal, sekitar pukul 11.00, MR pulang dari sekolah dengan wajah murung. Dia lalu menangis dan langsung masuk kamar tanpa bersalaman dan mencium tangan Wasiah yang sedang bersih-bersih di depan rumah. ”MR langsung saja masuk ke rumah,” katanya.
MR lalu mengurung diri di dalam kamar. Dia tak kunjung menampakkan diri. Padahal, bocah tersebut setiap hari terbiasa membantu ibunya bersih-bersih. ”Biasanya setelah masuk rumah, ganti baju, lalu keluar lagi,” terangnya.
Karena MR tak kunjung keluar rumah, Wasiah mulai curiga. Ibu dua anak itu kemudian memanggil-manggil nama MR. Namun, tidak ada jawaban. Wasiah semula mengira anaknya sedang tidur siang. ”Tapi, dicari di dalam kamar tidak ada,” ungkapnya. Wasiah lalu berjalan menuju ke dapur. Saat itulah dia menyaksikan tubuh anak kesayangannya tersebut sudah tergantung di pintu dapur. MR gantung diri menggunakan tali plastik berwarna biru.
Di tengah kepanikan itu, Wasiah sempat mencoba menurunkan tubuh MR. Namun, dia tak mampu. Wasiah lantas menelepon kakak korban, Nur Rohim, yang bekerja di Pantai Pulau Merah. ”Rohim datang dan langsung menurunkan tubuh adiknya. Saat diturunkan, diduga MR masih hidup karena denyut nadinya masih terasa,” katanya.
Berharap ada keajaiban, Rohim melarikan adiknya ke Klinik BSI di Dusun Pancer, Desa Sumberagung. Tapi sayang, sebelum sampai di klinik, MR mengembuskan napas terakhir. ”Informasi kejadian sampai ke polsek setelah magrib. Kami bersama anggota langsung ke lokasi,” ungkap Basori.
Mengapa MR berbuat nekat seperti itu? Dugaan awal, MR frustrasi karena sering menjadi korban bullying oleh teman-temannya. ”Dia sering jadi korban perundungan di sekolah,” jelas Basori. Menurut keterangan ibu korban, lanjut Basori, MR sering murung dan menangis saat pulang sekolah. Kepada ibunya, dia mengaku tidak tahan diolok-olok karena sudah tidak punya bapak. Wasiah sampai hafal dengan sifat anaknya itu. Setiap di-bully teman-temannya, MR pasti cemberut saat pulang sekolah. Bahkan, terkadang MR menangis. ”MR biasanya nangis. Oleh ibunya ditanya, katanya diolok-olok temannya. MR dipanggil anak yatim. Bapaknya memang sudah lama meninggal,” terangnya.
Diduga karena kerap diolok-olok, mental MR terganggu. Bahkan, dia sering mengigau saat tidur. Dalam igauannya, MR mengaku sedang berjalan-jalan bersama bapaknya. ”MR sering manggil-manggil nama bapaknya. Katanya sering lihat bapaknya ada di rumah,” ujarnya.