JawaPos.com- Awal Februari lalu (10/2), rumah Rudianto di Desa Banjardowo, Kabupaten Jombang, ambruk. Angin kencang menerjangnya. Bantuan yang dijanjikan pemerintah belum juga turun. Untuk memperbaiki rumah itu pun harus dikerjakan sendiri dengan hanya mengandalkan bantuan relawan.
Belum reda pilu tersebut, pemuda 36 tahun itu kembali dirundung nestapa. Musibah lain mendatanginya. Anak pertama yang dikandung Asmaul Husna, istrinya, meninggal dunia. Bahkan, karena tidak ada uang, jenazah bayi itupun dibawa pulang dengan membopong dengan naik sepeda motor.
Rudianto menceritakan, istrinya masuk RSUD Jombang pada Sabtu (25/2), sekitar pukul 18.00 WIB. Sebelumnya, sang istri mengalami pendarahan hebat. Setelah itu, istrinya dirawat di RSUD Jombang. ”Kemudian melahirkan pada Minggu, sekitar pukul 17.30 WIB,’’ ungkapnya seperti dilansir Jawa Pos Radar Jombang (1/3).
Usia kandungan istri Rudianto baru 7 bulan. Anaknya pun terlahir prematur. Berjenis kelamin laki-laki. Berat badannya tidak sampai 1 kilogram. Hanya 500 gram. ”Iya, lahir prematur. Namun, waktu itu saya sudah bisa melihat wajah anak saya,’’ ujarnya.
Bayi baru mendapat perawatan satu hari di RSUD Jombang. Namun, ternyata tidak berumur panjang. Dokter menyatakan meninggal dunia. Rudianto memberikan nama Muhammad Fattar Hunanto. Fattar dari bahasa Arab yang artinya pembuka atau permulaan. Adapun Husnanto, kependekan dari Asmaul Husna dan Rudianto. ”Ya mungkin belum waktunya saya diberi momongan. Apalagi, beratnya 500 gram, saat itu tentu tidak besar harapan saya,’’ tambahnya.
Rudi pun mencoba pasrah dan ikhlas. Berupaya menerima kematian anak pertamanya itu. Namun, ujian yang dihadapi Rudi belum berhenti. Dia belum bisa melunasi biaya persalinan istrinya di RSUD Jombang. Termasuk membayar ambulans untuk pulang. ’’Saya tidak punya uang. Akhirnya, saya bonceng pakai motor dengan saudara saya. Saudara saya sampai lemas menangis sepanjang jalan,’’ paparnya.
Rudi mengungkapkan, selama ini belum tercover BPJS baik mandiri atau BPJS yang dicover pemerintah. ”Ini saya juga bingung bagaimana melunasi tanggungan di rumah sakit, bahkan uang untuk makan besok pun saya tidak punya,’’ pungkasnya. Kemarin (28/2), istrinya sudah diperbolehkan pulang. Sudah dalam kondisi normal dan stabil. ’’Sekarang masih di rumah mertua,’’ ujarnya.
Direktur RSUD Jombang dr Ma’murotus Sa’diyah membenarkan bahwa pasien atas nama Asmaul Husna melahirkan secara prematur. Akibatnya, anak yang dilahirkan meninggal. ”Penyebabnya berat badan lahir sangat amat rendah,’’ ujarnya dikutip dari Jawa Pos Radar Jombang.
Disinggung soal kendala biaya hingga pasien membawa jenazah dengan motor karena tidak mampu membayar ambulans, Eyik—panggilan akrabnya–belum bisa menjawab secara rinci. ”Mohon waktu, saya konfirmasi ke ruangan dulu,’’ pungkasnya.