JawaPos.com – Laga Persebaya Surabaya kontra Arema FC yang dijadwalkan digelar pada 5 Maret gagal terlaksana. Kepastian tersebut muncul setelah Polda Jawa Timur menyatakan bahwa derbi Jatim itu tidak bisa dilaksanakan di Jatim. ”Faktor pertimbangannya terkait keamanan,” ujar Dirintelkam Polda Jatim Kombespol Dekananto.
Menurut dia, pihaknya sudah berkirim surat ke PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator Liga 1. Dia berharap rekomendasi itu bisa dijalankan. ”Demi kebaikan bersama,” ungkapnya. Dengan begitu, Persebaya dipastikan tidak bisa memakai Stadion Gelora Bung Tomo (GBT).
Sekretaris Persebaya Ram Surahman menuturkan, dengan keluarnya rekomendasi tersebut, laga melawan Singo Edan dipastikan dijadwal ulang. ”Karena kami juga masih menunggu surat balasan dari PSSI terkait pemakaian GBT. Rekomendasi dari Polda Jatim itu keluar ya karena PSSI sampai saat ini belum membalas surat kami,” cetusnya.
Dia menuturkan, panpel Persebaya sulit mencari venue pengganti. Tidak ada daerah yang mau menerima risiko untuk menggelar laga antara Persebaya melawan Arema FC. ”Ini laga dengan risiko tinggi pascatragedi Kanjuruhan. Jadi, mau ke mana lagi?” ungkapnya.
Ram mengatakan, seharusnya PSSI dan PT LIB selaku operator paham situasi yang ada dengan ikut membantu mencarikan venue untuk menggelar laga tersebut. ”Tidak semuanya dipasrahkan ke kami. Giliran yang lain sampai dicarikan stadion, kami disuruh cari sendiri,” sindirnya.
Dia mengungkapkan, Persebaya juga sudah mengirimkan surat kepada PSSI dan LIB terkait rekomendasi Polda Jatim. Saat ini pihaknya masih menunggu balasan tersebut. ”Yang jelas, kami sudah berusaha menggelar laga, tapi situasi memang tidak mendukung. Kami harap PSSI dan LIB tidak lepas tangan soal ini,”’ bebernya.
Sementara itu, Persebaya gagal melakukan revans terhadap RANS Nusantara FC. Bertanding di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kemarin, Green Force hanya bisa bermain seri 2-2. ”Ini murni karena kesalahan kami,” ujar pelatih Persebaya Aji Santoso.
Menurut dia, dua gol RANS Nusantara FC seharusnya tidak perlu terjadi. Gol pertama RANS Nusantara FC, misalnya, terjadi karena Alta Ballah seharusnya bisa menghentikan Edo Febriansah saat berhadapan satu lawan satu.