JawaPos.com–Surabaya belum bebas dari bayang-bayang stunting. Meski begitu, angka kasus stunting terus terjun bebas hingga Februari.
Selama tiga tahun terakhir, prevalensi stunting di Surabaya terus mengalami penurunan signifikan. Yakni, dari 2020 terdapat 12.788 kasus stunting turun menjadi 6.722 pada 2021. Selanjutnya hingga akhir Desember 2022 kembali turun menjadi 923 kasus. Nah, pada Februari 2023, jumlah kasus stunting di Surabaya turun menjadi 872.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani berkomitmen untuk fokus memprioritaskan upaya penanganan dan pencegahan indikasi balita stunting di Kota Pahlawan. Salah satunya adalah keberhasilan Posyandu 2 RW 06 Kelurahan Pacar Kembang, Jalan Pacar Kembang 2 No 66-68 Kota Surabaya yang mampu menjadi percontohan dalam penurunan angka stunting di tingkat nasional.
Ketua TP PKK Rini Indriyani mengatakan, dalam pengendalian angka stunting di Surabaya dimulai dari remaja putri. Yakni, memberikan tablet tambah darah (TTD). Setelah itu, untuk calon pengantin (catin) dan ibu hamil juga mendapatkan micronutrients (zat gizi mikro).
Pemkot juga terus menggencarkan konsumsi protein pada ibu hamil dan anak-anak balita, seperti mengonsumsi telur, ikan, maupun daging.
”Itu kita lakukan terus bersama Tim Pendamping Keluarga (TPK), PKK, tenaga kesehatan, dan KSH. Jadi kami memberikan pendampingan mulai dari pencegahan hingga penanganan. Apalagi para KSH yang terus membantu kami untuk mendata indikasi gejala balita stunting melalui aplikasi Sayang Warga, baik jumlah ibu hamil dan jumlah calon pengantin,” kata Rini.
Tidak berhenti sampai di situ, stakeholder di Surabaya pun ikut bersinergi dengan Pemkot Surabaya dalam pengendalian angka stunting. Seperti menjadi ayah asuh bagi balita stunting.
”Misalnya, di (Posyandu 2) Pacar Kembang ini zero stunting, dari jumlah 16 sekarang menjadi zero. Inovasi dan keaktifan posyandu luar biasa, seperti inovasi Dapur Gizi untuk stunting (Dazi Unting) dan Stunting Garpu Ceting untuk aktivitas motorik balita,” ujar Rini.
Rini mengaku, semua inovasi tersebut digagas masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat diharapkan terus meningkat. Demikian pula dengan peran KSH yang terus melakukan pendataan mengenai indikasi gejala balita stunting melalui aplikasi Sayang Warga.
”Saya matur nuwun (terima kasih) kepada KSH, PKK, dan TPK, yang telah membantu Pemkot Surabaya, salah satunya Posyandu 2 Pacar Kembang bisa lolos dari stunting. Berdasar informasi itulah, tenaga kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya langsung bergerak cepat untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan. Jadi bisa tepat sasaran,” ungkap Rini.