JawaPos.com- Surabaya sebagai kota besar memiliki pemantauan polusi yang cukup kompleks. Alat pemantauan ditempatkan di beberapa titik untuk memastikan kondisi udara baik. Menurut data jumlah hari kejadian konsentrasi maksimum pencemar udara di Kota Surabaya milik dinas lingkungan hidup, kualitas udara yang layak hirup masih mencapai 100 persen.
’’Sepanjang tahun 2022 sendiri, kondisi udara dalam kategori baik mencapai 20,27 persen. Sedangkan, kategori sedang di angka 79,73 persen,’’ jelas Kepala DLH Surabaya Agus Hebi Djuniantoro kemarin (28/2). Kualitas udara yang layak hirup dihitung dari jumlah hari yang memiliki kondisi udara baik dan sedang. Jadi, total jumlahnya 100 persen.
Rekor itu masih berlanjut hingga awal 2023. Dari data sementara pada Januari, kondisi udara pada kategori baik berkisar 41,94 persen. Ktegori sedang mencapai 58,60 persen. ’’Jadi, total 100 persen juga,’’ jelas Hebi.
Perhitungan tersebut mengikuti sistem indeks standar pencemaran udara (ISPU). Menurut data yang dihimpun, kualitas udara terus terjaga dalam kategori baik dan sedang. Pada 2022, ISPU Surabaya untuk kategori baik adalah 74. Pada 2021, berada di angka 218 untuk kategori baik, namun diikuti angka 1 untuk kategori tidak sehat. ’’Di tahun 2022 hingga awal tahun 2023, stabil di kategori baik dan sedang,’’ tegas Hebi.
Dia menjelaskan bahwa pemantauan dilakukan di beberapa titik. Alat pengukur analyzer berada di stasiun pemantauan kantor Kelurahan Kebonsari dan Kebun Bibit Wonorejo. ’’Hasilnya berupa data ISPU tadi, ditambah data konsentrasi kualitas udara dan parameter iklim,’’ jelasnya.
Pihaknya juga memantau kondisi udara dengan alat sensor. Beberapa parameter yang digunakan di antaranya PM10, PM 2.5, CO, NO2, SO2, dan O3. ’’Alat pengukur sensor ada di kantor Kecamatan Tandes. Hasil datanya sama dengan alat pengukur analyzer,’’ jelasnya.