JawaPos.com- Pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) perlu sistem pendukung yang bagus. Termasuk di dalamnya, kondisi mental pengajar. Hal tersebut menjadi salah satu perhatian Prof Dr Sujarwanto MPd. Pegiat pendidikan luar biasa itu menciptakan aplikasi terkait pemantauan kondisi guru.
Inclusive Mobile Health for Teacher (In-MHARE) diluncurkan kemarin (28/2). Aplikasi tersebut dilengkapi dengan fitur evaluasi mandiri. ’’Jadi, guru bisa menjawab pertanyaan yang ada dan melihat seperti apa level stres dan kecemasannya,’’ jelasnya. Hasil tersebut bisa ditindaklanjuti dengan pendampingan tim psikolog yang sudah disiapkan.
Jar –sapaan Sujarwanto– mengatakan, aplikasi itu tak menarik biaya apa pun. Aplikasi tersebut dia gawangi dengan tim peneliti dari Sitpakorn University, Thailand. ’’Untuk sementara, kami bisa melakukan dulu penelitian dampaknya pada guru SLB dan sekolah inklusi di Surabaya,’’ ucapnya.
Aplikasi tersebut muncul dari tingginya kecemasan guru siswa berkebutuhan khusus saat pandemi. ’’Pembelajaran siswa disabilitas itu kan kompleks. Ada pandemi, jadi makin sulit,’’ jelasnya. Kestabilan mental guru menjadi sorotan karena berpengaruh pada jalannya pendidikan khusus.
Harapannya, aplikasi itu bisa diakses guru pendidikan khusus dari seluruh Indonesia. Jadi, mereka bisa mendapatkan pendampingan dari psikolog sehingga level kecemasan bisa direduksi. ’’Memang sampai saat ini sesi pendampingannya masih lewat messenger di luar aplikasi, bisa juga dengan telepon,’’ tutur Jar.
Selain penanganan psikologis, guru bisa bertanya mengenai pengajaran. ’’Karena proses pengajaran itu kompleks,’’ imbuhnya.