JawaPos.com- Masa tanggap darurat tahap kedua banjir Tanggulangin, Sidoarjo, sudah berakhir hari ini (28/2). Pemkab Sidoarjo tidak menambah masa tanggap darurat karena sebagian besar sudah surut. Meski masih ada genangan di beberapa titik.
Di SMPN 2 Tanggulangin, misalnya. Jalan depan sekolah yang sebelumnya jadi titik terparah kini tinggal sebagian titik yang terendam. Kendaraan roda dua maupun mobil pun sudah bisa melintas.
Hanya, di bagian dalam SMPN di Desa Kedungbanteng itu, masih ada titik yang terendam sehingga siswa kelas VII masih belajar secara daring dan sebagian siswa juga masih belajar di masjid. ”Masih ada 3 kelas yang terendam dari total 21 kelas yang ada di sini,” ujar Waka Bidang Kurikulum SMPN 2 Tanggulangin Dwi Supriyantoro.
Siswa masih belajar daring dan di masjid karena dua ruang kelas di sana sedang ditinggikan. ”Karena airnya merembes dari bawah juga, jadi ditinggikan. Setelah peninggian, barulah kelas tersebut digunakan,” jelas Dwi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPUBMSDA) Pemkab Sidoarjo Dwi Eko Saptono mengatakan, masa tanggap darurat diakhiri karena sebagian besar banjir sudah surut.
Maret mendatang intensitas hujan juga diperkirakan mulai menurun. Tidak setinggi pada Februari ini. ”Upaya penanganan dengan pemompaan terus kita genjot. Pengurukan jalan sepanjang 2,4 kilometer juga sudah tuntas,” katanya.
Meskipun masa tanggap darurat berakhir, Dwi menyebut upaya penanganan banjir di Tanggulangin terus dilakukan. Ada sejumlah rencana. Pertama, pembangunan satu lagi rumah pompa di luar area terdampak di Desa Kedungpeluk untuk estafet penyedotan air. ”Tapi, ini masih kami hitung efektivitasnya,” ujarnya.
Kedua, membuat sudetan atau aliran air baru. Dia menyebut, saat ini masih dihitung area terdampak banjirnya dan rencana pembuangan airnya. Ketiga, peninggian jalan di Desa Kedungbanteng, tepatnya di depan SMPN 2 Tanggulangin.
Area tersebut, lanjut Dwi, sebelumnya jadi area terendam paling parah dan air awet mengantong di sana. Jalan di lokasi tersebut sebetulnya sudah dibeton. Namun, ternyata masih terendam karena ada indikasi penurunan tanah di titik tersebut. Dwi menambahkan, jalan itu tidak akan dibeton ulang. ”Hanya lapis fondasi agregat 1 dan lapis aspal dengan ketinggian 30–40 sentimeter,” jelasnya.
Lalu, pihaknya tidak mengeruk sungai di samping jalan tersebut meskipun meluber ke jalan. Sebab, sebelumnya sudah sempat dikeruk. ”Kalau sungai dikeruk kembali, kami khawatir elevasi antara jalan dan sungai terganggu,” kata mantan Kabag pembangunan tersebut.
Karena itu, hanya jalan yang ditinggikan. Upaya lanjutan lainnya masih menunggu hasil kajian dari Badan Geologi Kementerian ESDM.