JawaPos.com – Unjuk rasa terjadi di banyak negara menentang perang bersamaan dengan momen setahun invasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari 2023. Poster berbunyi Stop War! terbentang di mana-mana. Ditenteng ribuan orang peserta demonstrasi. Termasuk anak-anak yang memimpikan kedamaian dunia. Toh, ketegangan belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Malah, berpotensi membesar.
Namun, upaya meredam terus dilakukan. Presiden Prancis Emmanuel Macron berencana melawat ke Tiongkok. Dia ingin bertemu Presiden Xi Jinping pada April nanti. Tujuannya, membahas cara mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina. Rencana itu muncul setelah Tiongkok memublikasikan proposal berisi 12 poin untuk gencatan senjata dan penyelesaian politik guna mengakhiri perang yang berkepanjangan itu.
Macron menegaskan, fakta bahwa Tiongkok terlibat dalam upaya perdamaian adalah hal yang positif. Namun, perdamaian hanya mungkin terjadi jika agresi Rusia dihentikan, pasukan ditarik, serta kedaulatan teritorial Ukraina dan rakyatnya dihormati.
’’Tiongkok harus membantu kami menekan Rusia agar tidak pernah menggunakan senjata kimia dan nuklir, serta menghentikan agresinya sebagai prasyarat untuk pembicaraan (damai),’’ ujar Macron, Minggu (26/2).
Selain Macron, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ingin bertemu Xi Jinping. Namun, belum jelas kapan. Zelensky ingin meyakini dan memastikan Tiongkok tidak mengirimkan senjata ke Rusia. Jika hal itu sampai terjadi, sama saja dengan memulai perang dunia ketiga.
Dalam invasi Rusia, Tiongkok berusaha memosisikan diri sebagai pihak netral. Namun, di sisi lain, mereka juga membangun kedekatan dengan Rusia. Dalam pertemuan para menteri keuangan G20 di India, Tiongkok menolak mengecam agresi Rusia ke Ukraina. Imbas sikap Tiongkok itu, tidak ada pernyataan penutup di acara tersebut.
Al Jazeera mengungkap, 12 poin proposal Tiongkok itu diterbitkan tepat saat peringatan setahun invasi ke Ukraina. Dalam proposal itu disebutkan, perang tidak menguntungkan siapa pun. Karena itu, mereka mendesak semua pihak mendukung Rusia dan Ukraina untuk melanjutkan dialog langsung secepat mungkin.
Proposal Tiongkok itu juga mendesak diakhirinya sanksi negara Barat terhadap Rusia, pembentukan koridor kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil, dan langkah-langkah untuk memastikan ekspor biji-bijian dari dua negara. Memang, Rusia dan Ukraina merupakan eksportir biji-bijian terbesar di dunia. Nah, gangguan ekspor membuat harga pangan global melonjak tahun lalu.