JawaPos.com – Kalau mengingat masa lalu, Levant Wanua Mallawasuji Ewa selalu tersenyum sendiri. Tangannya seperti tak bisa melihat tembok bersih. Sedikit saja ada celah kosong, tembok itu menjadi sasaran untuk menuangkan hobi menggambar.

Kebiasaan itu sudah dia lakukan sejak 2009, atau saat duduk di bangku Taman Kanak Kanak. Kala itu orang tuanya kerap pindah rumah kontrakan.

Setiap menempati rumah kontrakan yang baru, Levant langsung menjadikan tembok rumah sebagai tempat menggambar.

”Sekitar 3 sampai 4 kali pindah kontrakan, sebelum akhirnya punya rumah di Malang. Saya kan kelahiran Bantul, Yogyakarta, dan terus pindah ke Malang,” kata remaja perempuan yang kini berusia 18 tahun itu, dikutip RADAR MALANG.

Akibat hobi coret-coret tembok, orang tuanya harus membayar ganti rugi pengecatan Rp 500 ribu setiap hendak pindah kontrakan. Objek yang paling sering dia gambar adalah putri duyung. Itu karena Levant kecil hobi menonton film Barbie in a Mermaid Tale.

Sebenarnya, ulah Levant itu sempat ditegur sang ibu. Sebab, gambar yang dihasilkan kala itu justru terkesan mengotori tembok.

Namun Levant tetap tidak mau menghentikan kebiasaan tersebut meski sudah dibelikan kanvas atau media gambar yang lain.

Katanya lebih leluasa menuangkan imajinasi di tembok yang luas dibanding kanvas.

Karena tak bisa dilarang, orang tuanya membiarkan Levant menggambar di seluruh tembok rumah yang ditempati. Bahkan mereka mulai memberi dukungan.

Salah satunya dengan aktif mengikutkan Levant lomba menggambar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

”Awalnya ikut lomba-lomba mingguan. Sering juara juga. Saat itu juga mulai sering ikut event lomba di tingkat kota maupun provinsi,” terangnya.

Torehan prestasi pun terus mengalir. Salah satunya juara 1 tingkat nasional lomba gambar aksi cinta laut yang diadakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta pada 2015.

Levant juga pernah meraih juara 3 lomba lukis poster tingkat Jawa timur yang diadakan di Tuban tahun 2016.

Lalu, juara 3 lomba lukis kolektif pelajar tingkat nasional di Jakarta pada 2017. Serta juara 2 nasional lomba lukis grand prix di Yogyakarta pada 2020.

Terakhir juara favorit lomba mural dalam memperingati hari pers nasional 2023 di Polres Malang. Saat itu Levant bersaing dengan para pelukis senior.

Hanya dia yang masih duduk di bangku sekolah. Total ada 12 trofi juara yang dia koleksi sejak sekolah di SDN Ketawanggede Malang, SMPN 4 Malang, hingga SMKN 4 Malang.

Remaja yang kini tinggal di Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu mengatakan, semua keterampilan melukis dia dapatkan secara otodidak.

Tidak ada yang mengajari. Kedua orang tuanya juga bukan pencinta seni.

”Tapi, saya sudah seperti cinta mati dengan melukis,” terangnya.

Dia mengakui, dulu sangat suka menggambar putri duyung. Namun kini objek yang dia gambar sudah bergeser.

Sekarang lebih suka membuat gambar manusia yang sedang beraktivitas. Namun, Levant merasa masih memiliki kekurangan dalam melukis manusia.

Misalnya soal pewarnaan objek manusia dari jarak dekat dan jarak jauh. Levant merasa masih perlu belajar agar pewarnaan lukisan yang dia hasilkan seperti kenyataan.

”Latar juga harus mendukung. Pemandangan, rumput pohon, itu yang masih sedikit kesulitan. Rasanya kurang terlihat nyata,” ucap dia.

Levant juga mengaku masih kesulitan dalam menaturalkan gambar lekukan baju, orang membuka kancing kemeja, busana yang terkena embusan angin, hingga lipatan sarung.

Untuk mempelajari detail semacam itu, Levant berencana ikut sanggar lukis yang bagus di Kota Malang.

”Mimpi saya bisa berkarier di seni lukis hingga bisa seperti Vincent Van Gogh, pelukis Belanda yang paling berpengaruh,” tutur siswi kelas 2 SMKN 4 Malang itu yang sudah punya rencana kuliah di jurusan desain komunikasi visual itu.

By admin