Senior living. Konsep hunian khusus untuk warga lanjut usia (lansia) itu belakangan kian populer. Makin banyak yang memilih tinggal di sana saat memasuki usia senja. Berbagi cerita dan berkegiatan bersama dengan mereka yang sebaya menjadi definisi lain dari kata bahagia.

SUDAH tiga bulan Petrus Yusman tinggal di Rukun Senior Living, Bogor. Saat ditemui Jawa Pos pada Rabu (22/2), pria asal Jakarta itu mengaku bahwa dirinya memilih tinggal di tempat tersebut atas keinginan sendiri. ”Kemauan sendiri dan anak-anak mendukung,” ujarnya.

Yusman sudah pensiun dari dunia usaha sejak sekitar empat tahun lalu. Kini bisnisnya dikelola dua anaknya. Lelaki 60 tahun yang istrinya sudah meninggal dunia itu lebih banyak sendirian di rumah. Sehari-hari dia hanya ditemani sopir dan cucu yang masih kecil. Dia kesepian.

Stroke yang melemahkan sebagian kecil saraf tubuhnya membuat Yusman mantap pindah ke senior living. ”Agar ada yang jaga,” katanya. Sekarang Yusman mendapatkan perawatan medis yang lebih baik. Ada dokter yang secara rutin mengecek kesehatannya. Fasilitas di senior living juga sangat ramah lansia. Ada trek joging dan sepeda khusus untuk menunjang aktivitas olahraga para penghuninya yang sudah tidak muda.

Berada di lingkungan yang asri sambil bercanda dengan sesama lansia setiap hari membuat Yusman tidak kesepian lagi. Kini dia lebih bersemangat menjalani hari-harinya. ”Karena temen seumuran ya cocok. Ngomongnya juga nyambung,” kata lansia berdarah Betawi-Tionghoa tersebut.

Senior living juga menciptakan program-program yang bertujuan mengasah kreativitas lansia. Misalnya melukis, melipat, dan menggambar. Ada juga program keterampilan memasak, seperti membuat telur asin. ”Secara mental jauh lebih baik di sini daripada di rumah,” jelas Yusman.

Corporate Communication Rukun Senior Living Fajar mengatakan bahwa tren menghuni senior living kian menanjak di Indonesia. Perubahan gaya hidup menjadi penyebab utamanya. Di antaranya adalah tuntutan kerja dan pilihan untuk childfree alias tidak memiliki keturunan.

Dengan demikian, mereka yang sekarang masih dalam usia produktif pun sudah menyiapkan diri untuk tinggal di senior living. Paling tidak, mereka sudah mulai menabung. Sebab, biaya untuk tinggal di sana tidak murah. Mulai Rp 23 juta sampai Rp 38 juta per bulan. ”Tinggal di senior living itu praktis. Kayak nginep di hotel. Plusnya adalah ada monitoring kesehatan dan berbagai kegiatan,” terang Fajar.

KREATIF: Sinta mengisi waktu luang dengan menggambar Rabu (22/2) lalu. (IMAM HUSEIN/JAWA POS)

Selain aktivitas fisik, kegiatan yang kreatif juga menjadi kunci penting untuk membuat kaum lansia tetap bersemangat. Itu bisa menjadi terapi fungsi kognitif. ”Jadi nggak bengong doang,” kata Fajar. Semangat dan antusiasme bisa meningkatkan angka harapan hidup para lansia.

Pengelolaan senior living juga sangat profesional. Para pendamping di sana benar-benar mengenal karakter dan minat tiap-tiap penghuni. Baik terkait makanan maupun aktivitas mereka. Data-data itu, menurut Fajar, sudah terekam saat assessment awal.

Dewasa ini, konsep senior living ini pun makin berkembang. Tak hanya menyediakan hunian tetap, tapi juga layanan harian seperti hotel, staycation, hingga daycare. Senior Living Care di Jakarta misalnya. Sejak Desember 2022 mereka menawarkan layanan menginap nonpermanen. ”Jadi tidak harus satu tahun. Misalnya weekend ingin staycation pun sangat bisa,” kata Marlina Widyastuti, outlet manager Senior Living Care, saat ditemui kemarin (25/2).

Layanan Senior Living Care yang baru-baru ini peminatnya meningkat adalah daycare. Para lansia datang ke senior living tersebut untuk bertemu dan berkegiatan bersama teman-teman sebaya. Ada kelas-kelas khusus yang bisa mereka ikuti. Di antaranya dancing, melukis, dan vocal coaching. ”Jadi, pagi diantar, sore dijemput,” terang Marlina.

Sebagian orang mungkin masih menganggap senior living sebagai tempat hukuman. Penghuninya dilabeli sebagai lansia-lansia yang merepotkan keluarga. Karena itu, dulu senior living punya kesan negatif. Padahal, faktanya, senior living adalah alternatif yang menyenangkan. Menikmati masa tua bersama teman-teman sebaya dengan dukungan fasilitas medis yang memadai, juga bebas dikunjungi anak-cucu kapan saja.

By admin