JawaPos.com – Laga melawan PSM Makassar (25/2) adalah laga terakhir Persebaya Surabaya berstatus home di Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik. Untuk sisa pertandingan home musim ini, termasuk laga tunda, Green Force harus mencari kandang baru.
Agenda home terdekat adalah derbi Jawa Timur melawan Arema FC pada 5 Maret mendatang. Sampai berita ini ditulis, kepastian venue pertandingan melawan Singo Edan belum jelas. Manajer Persebaya Yahya Alkatiri membenarkan hal tersebut.
Yahya menegaskan, pihaknya akan berusaha agar Persebaya tidak terusir dari Surabaya. Pihaknya akan mengusahakan agar Alwi Slamat dkk bisa kembali bertanding di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya.
Khususnya dalam laga melawan Arema FC. Segala upaya sudah dipersiapkan agar Persebaya bisa menjamu Arema FC di GBT. Salah satunya adalah soal perizinan. ’’Kami sudah bersurat ke Polda Jatim pada 15 Januari 2023,’’ tutur Yahya.
Selain itu, Yahya menyebut Persebaya juga sudah berkomunikasi dengan Kementerian PUPR. Sebab, GBT adalah salah satu venue Piala Dunia U-20. Tak bisa dipakainya GBT untuk laga Persebaya di Liga 1 tidak terlepas dari adanya berbagai renovasi jelang event akbar itu. ’’PUPR menyarankan agar kami mengirim surat ke PSSI soal ini (pemakaian GBT),’’ jelasnya.
Persebaya langsung bergerak cepat. Surat untuk pemakaian GBT pun dikirimkan jauh-jauh hari. ’’Kami sudah mengirimkan surat ke PSSI pada 23 Februari kemarin,’’ tegasnya.
Mantan manajer Persik Kediri itu mengungkapkan, Persebaya tak hanya meminta izin untuk laga Arema FC, tapi juga laga home lainnya di Liga 1. Yakni, melawan Persib Bandung (13/3) dan Persija Jakarta (4/4).
’’Persebaya ini tidak dalam sanksi Komisi Disiplin PSSI, tapi kenapa tidak boleh bertanding di rumah sendiri,’’ katanya.
Yahya mengatakan, rekomendasi untuk bermain di luar Pulau Jawa dan tanpa penonton cukup aneh. Apalagi, semua biaya untuk laga berstatus home itu ditanggung oleh Persebaya. ’’Kami juga harus keluar uang tiket, hotel, dan lain-lain yang menjadi beban biaya klub,’’ keluhnya.