Awalnya, Ivory House yang terletak di Bekasi, Jawa Barat, ini dirancang oleh arsitek Hendro Prasetyo sebagai vila liburan akhir pekan. Oleh karena itu, nuansanya dibuat senyaman-nyamannya sebagai tempat escape sejenak. Meski akhirnya rumah ini menjadi tempat tinggal utama, nuansa tersebut tidak hilang.
NAMA Ivory House diambil dari pemilihan warna yang mendominasi rumah tersebut. Yakni, ivory atau putih gading. Seluruh dinding rumah itu, baik interior maupun eksterior, menerapkan warna putih gading. Hendro menjelaskan bahwa putih gading dipilih dengan alasan mampu menciptakan kesan nyaman dan hangat.
’’Kalau putih terang, kesannya akan dingin. Prinsipnya mirip seperti memilih lampu saja. Warna warm white pasti berbeda dengan warna total white,’’ katanya kepada Jawa Pos pekan lalu. Warna putih dikenal sebagai warna netral yang memberi kesan luas dan bersih pada rumah. Agar tak terkesan kaku, Hendro memadukannya dengan lantai vinil motif kayu.
Warna putih tulang juga dinilai Hendro bisa memberikan kesan mewah yang tidak berlebihan. Sebab, rumah tersebut terletak di area perkampungan yang cukup padat dengan jalanan yang cenderung sempit. Di samping itu, dominasi warna putih gading juga menjadi solusi atas minimnya bujet dengan hasil tampilan yang cukup memukau.
Hendro menambahkan, lebih dari 50 persen ruang di rumah tersebut dibuat menjadi area terbuka tempat keluarga dapat menghabiskan waktu bersama. Ivory House menerapkan prinsip rumah sehat dengan banyak bukaan sebagai tempat bertukarnya sinar matahari serta udara. Rumah menjadi terang dan terbebas dari lembap, mendapatkan manfaat vitamin D dari cahaya matahari yang masuk ke dalam.
Hal itu kemudian berhubungan dengan fungsi dinding putih gading yang menjadi kanvas bagi rumah tersebut. Kanvas itu ”dilukis” dengan permainan cahaya di beberapa sudut berkat banyaknya bukaan.
Misalnya, area fasad yang dihias dengan lubang-lubang asimetris yang terkesan random. Lubang tersebut memantulkan bayangan yang unik ke area cuci di baliknya. Begitu pula area bersantai di lantai 2 yang berbatasan langsung dengan jendela samping. Jendela yang dibuat miring itu berfungsi sebagai second skin.
Di balik jendela tersebut terdapat lapisan expanded metal, material yang sama seperti railing tangga dari lantai 1 ke lantai 2 serta railing balkon. Bentuk wajik pada expanded metal menciptakan pantulan bayangan yang unik, terutama saat sore menyambut terbenamnya matahari.
Angin semilir dipersilakan masuk pada sore hari dengan membuka jendela tersebut. ’’Memang nuansanya hangat, tapi banyak angin. Enak buat santai sore. Kita juga perlu sedikit panas matahari untuk menerapkan prinsip rumah sehat. Kalau mau suasana yang dingin, tinggal pindah ke kamar yang ber-AC,’’ kata Hendro.
—
HIGHLIGHT
- TAMAN KERING
Kendati sempit, sebisanya terdapat area terbuka di rumah tersebut. Karena itulah, dibuat taman kering berisi batu koral yang terhubung dengan skylight. Skylight tersebut ditutup dengan kaca sehingga air hujan tidak masuk ke dalam.
- LOUNGE
Di lantai 1 terdapat ruang keluarga. Namun, Hendro merasa ukurannya terlalu sempit. Maka, dia membuat area lounge yang juga bisa difungsikan sebagai ruang keluarga di lantai 2. Nuansanya lebih santai yang bersebelahan dengan jendela besar.
- LAUNDRY ROOM
Di balik dinding berlubang yang tampak dari fasad itu terdapat ruang cuci. Lubang-lubang tersebut membantu angin masuk sehingga baju-baju cepat kering. Meski tidak dilapisi kaca lagi, lubang itu hanya membuat air hujan menembus sedikit, tidak sampai membuat area cuci menjadi basah.
—
IVORY HOUSE
- Arsitek: Hendro Prasetyo (Ruang Raya)
- Luas tanah: 135 meter persegi
- Lama pengerjaan: 1 tahun
- Lokasi: Bekasi, Jawa Barat