JawaPos.com- Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Sabtu (25/2) hujan tidak mengguyur wilayah Gresik. Warga terdampak luapan Kali Lamong pun bisa sedikit bernafas lega, setelah sebelumnya merundung duka sejak Senin (20) lalu. Genangan air pun berangsur surut. Terus mengalir ke hilir.
Kendati begitu, banjir Kali Lamong belum sepenuhnya surut. Update yang diterima Jawa Pos pada Sabtu (25/2) malam, masih ada beberapa desa terendam. Yakni, di wilayah Kecamatan Cerme. Memang, wilayah Cerme ini biasanya terdampak paling akhir setelah air bergerak dari selatan ke utara.
‘’Yang masih ada genangan di Desa Morowudi, Desa Jono, dan Desa Tambakberas. Air yang masih cukup tinggi dan masuk kampung karena dapat kiriman tanggul yang jebol,’’ kata Camat Cerme Umar Hasyim dihubungi JawaPos.com pada Sabtu (25/2) malam.
Sebelumnya, kemarin pagi tanggul Kali Lamong di Desa Jono memang jebol. Karena arus sangat kuar, air Lamong pun cepat tumpah. Kepala Desa Jono, Asrun mengatakan, sebetulnya beberapa hari lalu bersama warga sudah melakukan antisipasi agar air Kali Lamomg tidak masuk ke pemukiman dan sawah/tambak warga. Warga melakukan gotong royong membuat tembok penahan tanah (TPT) dari bambu.
’’Itu dimaksudkan agar air tidak masuk. Namun, hingga akhirnya tetap ada tanggul jebol. Jaraknya dari pemukiman sekitar 2 kilometer,” ucapnya.
Menurut Asrun, tanggul jebol di wilanya sudah beberapa kali terjadi. Terhitung sudah sembilan kali. Pihaknya tidak bisa serta merta memperbaiki. Sebab, di lokasi tanggul jebol itu kedalaman air mencapai 3 meter. Karena itu, mesti menunggu air surut.
Asrun mengungkapk, dampak tanggul jebol itu terbilang luar biasa. Bukan hanya merendam Desa Jono, namun juga meluber ke wilayah lain. Para pemilik tambak merugi besar. Maklum, di Desa Jono dan sekitarnya banyak sekali area tambak dan sawah. Kerugian bisa lebih dari Rp 2 miliar. “Dengan perkiraan untuk satu hektare tambak mengalami kerugian Rp 15 juta, sementara ada ratusan hektare sawah terdampak,” ujarnya.
Informasi yang didapat JawaPos.com, imbas tanggul jebol itu juga membuat Desa Tambakberas dilaporkan terisolasi. Jalan desa terputus lantaran tergenang air dengan ketinggian 70 sentimeter. Namun, warga memilih tetap tinggal di rumah masing-masing. Petugas BPBD setempat menyediakan dua perahu karet di lokasi untuk alat transportasi keluar-masuk warga.
“Memang, kondisi pemukiman yang masih tinggi tinggal di Desa Tambakberas,’’ kata Kepala BPBD Gresik Darmawan.
Sementara itu, uluran tangan dari beberapa pihak mulai banyak mengalir ke warga terdampak. Baik dari perusahaan, organisasi kemasyarakatan, parpol, hingga perorangan. Namun, seiring banjir telah surut di sebagian kawasan terdampak, tidak sedikit warga yang terganggu keseatannya. Terutama penyakit kulit.