Rumah dua lantai bekas tempat praktik dokter kandungan itu dibiarkan kosong belasan tahun. Tak heran jika banyak yang menyebut kuntilanak, genderuwo, bahkan bayi bajang tinggal di rumah yang berada di pusat Kota Surabaya itu.

RUMAH mewah dengan desain klasik tersebut kini penuh dengan semak belukar. Banyak bagian bangunannya yang sudah hancur. Kaca-kaca pun berserakan di lantai. Beberapa atapnya juga ambrol. Ketika Jawa Pos dan tim Padepokan Tirto Segoro Arum mendatangi lokasi, tampak beberapa hasil pemeriksaan USG hingga pil KB berserakan di meja. Begitu pula rekam medis beberapa pasien.

Salah satu pemilik warung yang ada di sekitar lokasi –sebut saja Indah (nama samaran)– mengatakan, rumah tersebut dulu digunakan untuk klinik dokter kandungan. Tempatnya juga ramai didatangi pasien. Hanya, sekitar 2005 klinik tersebut tutup. ’’Saya lupa persisnya tahun berapa tutup,’’ ucap pedagang yang sudah berjualan 25 tahun itu.

Indah mengungkapkan, selama berjualan, dirinya tak pernah masuk ke dalam. Namun, banyak orang yang masuk untuk membuat konten misteri. Dari penelusuran di lokasi, beberapa hasil rekam medis menunjukkan bahwa pemeriksaan itu terjadi pada 2005.

Hanya beberapa menit berada di dalam, praktisi spiritual Abi Lutfi mulai mual. Dia mencium bau anyir di salah satu ruangan. Yosef yang juga anggota Padepokan Tirto Segoro Arum tiba-tiba jatuh. Wajahnya yang tadinya sangar berubah menjadi murah senyum. Rupanya dia dirasuki sosok anak kecil yang berusia 13 tahun. ’’Saya di sini dibuang, ditanam di situ,’’ ucapnya, lantas merengek.

Sosok di tubuh Yosef terus bercerita. Katanya, dia berada di rumah itu sejak 1991. Dia bersama puluhan anak lainnya. Selama di rumah tersebut, mereka patuh terhadap sosok tinggi besar. ’’Itu tinggi besar hitam, takut aku,’’ ucapnya sambil ketakutan layaknya anak kecil.

Tak berselang lama, tubuh Yosef dirasuki sosok lain. Pria bertubuh tambun itu langsung mengaung. Dia pun marah dan menantang tim yang ada di lokasi. Beruntung, sosok tersebut bisa ditenangkan Nyi Chintya Anjani, ketua Padepokan Tirto Segoro Arum. ’’Ini yang masuk genderuwo,’’ kata Chintya.

Sosok yang mengaku sebagai penjaga klinik itu mengungkapkan, janin yang dibuang adalah makanannya. ’’Aku seng ditancepno nang kene mbek seng duwe (Aku ditanamkan di sini oleh yang punya, Red),’’ ucapnya sambil mengaung.

Sembari diselingi tawa, sosok di tubuh Yosef bercerita bahwa penghuni rumah meninggalkan tempatnya karena tidak menuruti keinginannya. Dia mengaku ada tujuan lain selain membuka klinik. Yakni, pesugihan. Tumbalnya adalah para janin tersebut.

Sejak 1995, lanjut dia, tempat klinik itu tutup. Orang pertama yang membuka klinik sudah pergi. Alasannya, sudah tidak bisa memberikan bayi lagi ke dirinya. Hanya, setelah itu dilanjutkan penerusnya.

MASIH TERTINGGAL: Beberapa hasil rekam medis pasien yang berserakan di atas meja di salah satu ruangan. (Frizal/Jawa Pos)

Chintya menjelaskan, dari penelusuran secara gaib, ditemui banyak anak kecil. Mereka dulu adalah janin yang dikubur di salah satu ruangan tengah. Janin tersebut kemudian menjadi bayi bajang.

Itulah kenapa dia sengaja datang dengan membawa aneka snack dan susu formula. Tujuannya, dimakan para bayi yang ada di sana. Bayi bajang sebetulnya banyak dicari karena bisa digunakan untuk membantu secara gaib.

Meski banyak sosok gaib, para makhluk itu tidak mengganggu pengguna jalan yang melintas. Menurut Chintya, sosok kuntilanak dan suara tangisan perempuan serta bayi memang ada di dalamnya. Hal tersebut wajar karena rumah itu memiliki historis yang panjang. Terlebih sudah belasan tahun tidak dihuni.

Cerita rumah mewah bekas klinik kandungan itu memang menjadi misteri sendiri. Bukan hanya sosok makhluk gaib yang ada di dalamnya, melainkan juga cerita aslinya kejadian waktu itu. Kebenaran pernah dibuat praktik aborsi pun masih meninggalkan banyak pertanyaan. Namun, dari penelusuran secara gaib, energi dan cerita soal itu memang ditemukan di lokasi.

By admin