JawaPos.com – Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan sanksi tambahan yang lebih berat terhadap sektor industri yang mendukung perang Rusia di Ukraina. Hal itu disampaikan Biden ketika dia bertemu secara virtual dengan para pemimpin negara anggota Kelompok Tujuh (G7) lainnya.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan bahwa target sanksi baru AS itu termasuk bank Rusia, industri teknologi, dan pertahanan, dan para aktor di negara lain yang berusaha untuk mencari celah dan menghindari sanksi yang diterapkan.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS secara terpisah mengatakan bahwa sejumlah perusahaan Tiongkok yang aktif menghindari sanksi yang ada akan menjadi salah satu target dari sanksi luas yang akan diterapkan itu.
Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan politik Victoria Nuland, dalam acara Washington Post, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan membatasi entitas berbasis Tiongkok atau anak perusahaan Tiongkok di Eropa. Nuland menekankan bahwa dugaan aktivitas entitas Tiongkok bukan sesuatu yang dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi, meski Tiongkok mengaku netral.
“G7 telah menjadi jangkar tanggapan kami yang kuat dan bersatu terhadap Rusia,” kata Jean-Pierre.
Jean-Pierre juga mengatakan Amerika Serikat akan memberikan lebih banyak bantuan bagi Ukraina untuk menolong negara itu melindungi warganya dari perang yang berkepanjangan, menyediakan layanan dasar seperti listrik, dan untuk meningkatkan keberhasilan militer Ukraina di medan perang.
Selama konferensi pers harian, jubir Gedung Putih itu memuji pengumuman yang disampaikan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada awal pekan ini bahwa Tokyo akan memberikan bantuan keuangan tambahan sebesar USD 5,5 miliar untuk pembangunan kembali infrastruktur di Ukraina.
“Aliansi kami dengan Jepang dan kemitraan kuat Jepang dengan negara-negara di Eropa menunjukkan poin yang telah kami buat selama ini. Indo-Pasifik dan Atlantik bukanlah teater yang terpisah di sini, tetapi terkait erat satu sama lain,” kata Jean-Pierre.