JawaPos.com – Dalam laporan terbaru, Asosiasi Industri Semikonduktor (SIA) mengumumkan bahwa penjualan semikonduktor global pada 2022 mencapai USD 573,5 miliar atau berkisar Rp 8,6 kuadriliun lebih. Angka tersebut menunjukkan peningkatan 3,2 persen dari tahun lalu.
Hal menarik dari laporan tersebut adalah Tiongkok dikabarkan masih memegang posisi nomor satu di pasar semikonduktor yang menyumbang sepertiga dari pendapatan global. Ini juga penjualan global tertinggi yang pernah dilaporkan oleh industri, meski perang teknologi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sedang berlangsung dan kelesuan ekonomi dunia masih belum terobati.
Presiden dan CEO SIA, John Neuffer, mengatakan bahwa pasar semikonduktor global mengalami pasang surut yang signifikan pada tahun 2022, dengan rekor penjualan tertinggi di awal tahun diikuti oleh siklus penurunan yang terjadi di akhir tahun.
Dia lebih lanjut menambahkan bahwa fluktuasi penjualan jangka pendek karena siklus pasar dan kondisi ekonomi makro, prospek jangka panjang untuk pasar semikonduktor tetap sangat kuat. Hal ini karena peran chip yang terus meningkat dalam membuat dunia lebih pintar, lebih efisien dan terhubung lebih baik.
Mengapa semikonduktor penting? Semikonduktor adalah salah satu item teknologi terpenting saat ini. Semua sektor teknologi utama, seperti komunikasi kabel, elektronik konsumen, elektronik industri, elektronik otomotif, komunikasi nirkabel, serta komputasi dan penyimpanan data, membutuhkan semikonduktor.
Kemajuan dalam Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI), sistem militer dan senjata, teknologi luar angkasa, dan lainnya tidak mungkin dilakukan tanpa memiliki teknologi semikonduktor terbaru dan mutakhir.
Semikonduktor dibagi berdasarkan desain sirkuit dan fungsinya. Sesuai sirkuit terintegrasi, semikonduktor dapat diklasifikasikan sebagai digital, analog, dan campuran dan sesuai fungsinya mereka diklasifikasikan sebagai chip memori, mikroprosesor, chip standar, dan System on Chip (SoC) yang kompleks.
Dilansir dari laman resmi SIA, pada tahun 2022, mikroprosesor menghasilkan pendapatan tertinggi sebesar USD 176 miliar diikuti oleh chip memori yang melaporkan penjualan sebesar USD 130 miliar. Lonjakan pendapatan terbesar terlihat pada chip analog yang digunakan pada mobil, komputer, dan barang konsumen lainnya dengan angka USD 89 miliar atau meningkat 7,5 persen pada tahun 2022.
Tiongkok sendiri masih menjadi pasar semikonduktor terbesar di dunia menyumbang hampir sepertiga dari penjualan global. Industri semikonduktor Tiongkok memainkan peran utama dalam sektor teknologi negara tersebut, yang menyumbang hampir 30 persen dari PDB-nya.
Industri semikonduktor mencakup berbagai macam perusahaan, mulai dari produsen perangkat terintegrasi hingga pengecoran murni, perusahaan semikonduktor fabless, dan perusahaan OSAT. Saat ini, industri semikonduktor Tiongkok juga mencakup berbagai macam perusahaan dari perusahaan semikonduktor Fabless seperti ZhaoXin, UNISOC, dan HiSilicon hingga IDM (Integrated Device Manufacturers) seperti Yangtze Memory Technology Corp dan ChangXin memory Technologies.
Kendati ditekan oleh AS dan sekutunya, Tiongkok sendiri masih berambisi untuk menjadi pemimpin global dalam AI dan komputasi kuantum yang dalam hal ini membutuhkan pasokan semikonduktor yang tidak terputus untuk mencapai target tersebut.
Namun, negara tersebut menghadapi tekanan besar di bawah sanksi AS atas ekspor semikonduktor ke Tiongkok. Tahun lalu AS memperkenalkan peningkatan pembatasan ekspor semikonduktor ke Tiongkok untuk menghentikan kemajuannya dalam AI dan mengganggu kemajuannya dalam pembuatan chip.
Pembatasan ini menghentikan perusahaan AS dan beberapa sekutunya seperti Belanda dan Jepang untuk menyediakan mesin, peralatan, personel, dan pengetahuan teknis kepada perusahaan Tiongkok.
Sanksi dan pembatasan tambahan terhadap Tiongkok telah memberikan dampak global, meskipun total penjualan meningkat, paruh kedua tahun 2022 melaporkan penurunan pendapatan secara bertahap. Penjualan kuartal keempat sebesar USD 130,2 miliar adalah 14,7 persen lebih rendah dari pada periode yang sama tahun 2021 dan 7,7 persen lebih rendah dari pada kuartal ketiga 2022.