JawaPos.com- Rangkaian peringatan Satu Abad NU masih semarak di banyak tempat. Kamis (23/2), tergelar event menarik bertajuk Konser 1001 Malam Ning Gus Goes to Campus. Bertempat di ACC Kampus C Unair, Surabaya, kali ini kegiatan khusus menyasar kaum milenial. Bintang tamunya Alma Esbeye dan Letto.

Tak hanya ribuan generasi milenial. Puluhan Ning dan Gus—sebutan putra dan putri kiai—dari berbagai berbagai pondok pesantren (Ponpes) juga datang. Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, Wakil Ketua PWNU Jatim KH Abdussalam Shohib, dan jajaran pengurus PWNU Jatim lainnya, Rektor Prof M. Nasih serta sejumlah petinggi Unair juga hadir.

Menurut Nasruddin Ali, panitia Konser 1001 Malam Ning Gus Goes to Campus, pihaknya sengaja menggelar lokasi di Unair. Sebelumnya, juga pernah digelar di kampus lain seperti Unesa dan UIN Sunan Ampel. ’’Tujuan kegiatan ini, pertama, kami ingin menunjukkan bahwa ada begitu banyak dai milenial ke dunia kampus,’’ ujarnya.

Bukan tanpa alasan hal itu perlu disampaikan. Tidak sedikit para anak muda sembarangan dalam memilih panutan atau tokoh agama. Termasuk di kalangan kampus. Apalagi di era digital. Terkadang asal ceramah tanpa jelas dari mana sanad keilmuwannya. Akibatnya, mereka berpotensi terpapar paham atau ideologi yang menyimpang.

‘’Kedua, kami ingin meyakinkan pada dunia kampus bahwa ber-NU itu mudah. Apapun latar belakang atau suku, selama bergama Islam dan menjalankan akidah Ahlussunnah waljamaah, serta bermanfaat bagi orang lain itulah sejatinya NU,’’ ungkap pria asal Tuban, Jatim, itu.

Saat memberikan sambutan, Rektor Unair Prof M. Nasih ikut mengapresiasi dengan kegiatan tersebut. Seperti biasa, guru besar kelahiran Gresik itu juga memberikan kuis-kuis berhadiah kepada para peserta. ‘’Ayo, siapa yang bisa menyanyikan lagu Yaa Lal Wathan? Khusus mahasiswa,’’ tantangnya.

Lagu yang disebut itu tidak lain Mars NU. Beberapa mahasiswa pun maju. Mereka dengan lantang menyanyikannya. Bahkan, ada peserta putri yang membawakannya dengan menggunakan bahasa Inggris. Spontan, tepuk tangan pun membahana di auditorium besar itu. ’’Mungkin ada yang mau menggunakan bahasa Jawa atau bahasa Madura?’’ ungkap Nasih.

Dalam kegiatan tersebut, beberapa Gus juga memberikan siraman rohani. Salah seorang di antaranya KH Nailur Rohman atau akrab dipanggil Gus Amak. Dia adalah ulama muda cucu dari Mbah KH Hamid, Pasuruan. Selain itu, juga KH Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) dari Ponpes Lirboyo, Kediri. Selama ini, kedua Gus itu termasuk deretan ulama muda NU yang ceramahnya viral dan banyak disukai anak-anak muda.

Dalam ceramahnya, Gus Amak menegaskan, sangat penting bahwa belajar agama itu harus melihat guru atau perantaranya siapa. Sebab, perantara itu penting. ‘’Kepada siapa kita belajar beragama, itu akan menentukan gaya beragama kita, menentukan sikap beragama kita. Karena itu, cari guru yang benar, cari guru yang punya sanad,’’ ujarnya.

’’Sanad itu adalah bagaimana ilmu yang sampai kepada kita terverifikasi sejak zaman Nabi hingga zaman kita. Terjaga keasliannya, tanpa ada penyimpangan-penyimpangan,’’ lanjut Gus Amak.

Karena itu, lanjut dia, jika ada orang yang belajar Alquran kemudian ditafsiri sendiri maka rawan salah paham. Rawan pemahamannya menyimpang. Sebab, dalam memahami Alquran butuh ilmu dan memerlukan bimbingan para ulama. ‘’Jadi mahasiswa-mahasiswi, boleh belajar apapun. Tapi, kalau belajar agama, tidak boleh sembarang guru,’’ katanya.

Sementara itu, penampilan Alma Esbeye dan Letto menghibur para mahasiswa yang hadir. Alma mendendangkan syair-syair salawat. Adapun Sabrang Mowo Damar Panuluh alias Neo Letto menyanyikan lagu-lagu yang sudah akrab. Beberapa di antaranya Ruang Rindu, Sandaran Hati, dan judul lainnya.

By admin