MENURUT pakar manajemen prestasi olahraga Prof Dr Djoko Pekik Irianto MKes AIFO, dengan sistem yang ada dan lapisan-lapisan perangkat di bawahnya, jika Menpora Zainudin Amali nanti resmi mundur, yang menggantikan mestinya tak sulit untuk langsung gaspol sekalipun banyak agenda besar menunggu.
Guru besar Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus deputi bidang peningkatan prestasi olahraga Kemenpora 2010–2016 itu juga berpesan agar sang menteri baru menengok kembali pelaksanaan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang sejauh ini hanya tampak menggeliat.
Apa yang harus segera dilakukan Menpora baru mengingat Piala Dunia U-20, SEA Games, Asian Games dihelat tahun ini dan tahun depan ada Olimpiade?
Yang jelas harus segera dipastikan apakah benar mundur atau tidak. Setelah itu, penggantinya harus langsung tune in dan berkoordinasi dengan stakeholder terkait, seperti KONI dan KOI, untuk keikutsertaan di SEA Games dan Asian Games. Kalau untuk Piala Dunia U-20, keberadaan Pak Erick Thohir (sebagai ketua umum PSSI yang baru) bakal sangat berperan. Pak Erick bisa belajar banyak dari Qatar yang sempat diragukan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, ternyata sukses. Terutama dari sisi keamanan. Sebab, setelah tragedi Kanjuruhan, situasi sepak bola kita belum sepenuhnya pulih.
Pergantian Menpora di tengah jalan apa tidak akan mengganggu persiapan kita ke ajang-ajang tersebut, terutama yang multievent?
Sistem yang ada sudah stabil. Jadi, siapa pun yang menggantikan tidak akan ada masalah. Selain itu, di bawah Menpora kan banyak layer yang siap membantu.
Sebaiknya menteri baru dari kalangan politisi atau teknokrat?
Siapa pun oke menurut saya, yang penting punya dua K: kompetensi dan komitmen. Kompetensi itu kemampuan untuk memimpin, mengorganisasi. Sedangkan komitmen keteguhan untuk mencurahkan waktu dan konsentrasi demi perkembangan olahraga kita.
Selain berbagai agenda dalam waktu dekat, apa lagi yang harus dicermati Menpora baru?
Di antaranya implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang diatur dalam Perpers 86/2021. Fondasi olahraga kita kan mestinya ada di situ. Mestinya periode 2021–2024 ini tahap awal, tapi sejauh ini yang terlihat baru geliatnya dengan pendirian empat sentra di empat kampus (Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Negeri Surabaya). Belum seriusnya implementasi itu juga bisa dilihat dari anggaran Kemenpora yang masih sama dengan sebelum DBON ditetapkan. Jadi, belum ada bujet khusus untuk DBON.
Mengapa kursi Menpora terasa ’’panas” beberapa periode belakangan? Ada yang tersandung kasus hukum, ada pula yang kini berencana mundur di tengah jalan.
Salah satunya mungkin karena ekspektasi tinggi masyarakat terhadap dunia olahraga kita. Selalu menuntut juara atau prestasi. Maklum, olahraga itu seksi, jadi sorotan luas. Otomatis itu mendatangkan pula pressure.