JawaPos.com–Sejak 1999, UNESCO tetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Bahasa Ibu merupakan bahasa yang pertama kali dengar lalu dikuasai sebagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi pada masa pertumbuhan.
Kebanyakan, bahasa ibu juga merupakan bahasa daerah, walaupun tidak selalu. Bisa jadi, bahasa ibu seseorang adalah bahasa nasional atau bahkan bahasa asing. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau di Indonesia muncul pemahaman bahwa Hari Bahasa Ibu sama dengan bahasa daerah. Kemudian, peringatan Hari Bahasa Ibu identik dengan perayaan bahasa daerah.
Hal itu terungkap dalam Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2023 yang dilaksanakan Dewan Kesenian Kabupaten Cirebon (DKKC) digelar dalam bentuk seminar. Kegiatan dibuka Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon Deni Nurcahya di Pendopo Kabupaten Cirebon.
Acara ilmiah itu menghadirkan pembicara utama Deputi Kemenko PMK Didik Suhardi, Budayawan Cirebon Casta, dan Sejarawan Eva Nur Arofah. Roji Hidayat, Pengurus DKKC Bidang Bahasa dan Sastra berperan sebagai pemandu seminar tersebut diikuti sekitar 350 peserta yang merupakan guru mata pelajaran sekolah dasar dan guru mata pelajaran sekolah menengah pertama.
Kepala Disbudpar Deni Nurcahya menyebutkan, beberapa factor penyebab kemunduran atau bahkan kepunahan bahasa daerah antara lain, sikap penutur bahasa daerah terhadap bahasa dan migrasi atau mobilitas sosial yang tinggi.
”Ketika para penutur bahasa daerah melihat bahasa daerahnya tidak lagi fungsional, kurang bergengsi, tidak keren, atau bahkan kampungan, keadaan dan cara pandang seperti itu menjadi pintu gerbang pertama bagi bahasa daerah menjadi punah,” ujar Deni.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Cirebon (DKKC) Sulama Hadi menuturkan, bahasa daerah khususnya bahasa Cirebon merupakan salah satu kekayaan kultural. Kelahiran Cirebon tidak terlepas kultural yang ada di dalamnya.
Bahasa daerah, menurut Sulama, merekam kearifan lokal, khazanah pengetahuan dan kebudayaan serta kekayaan batin penuturnya.
Kegiatan Apresiasi Seni dan Sastra digelar memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional menampilkan Kesenian Pantun (Gentra Pusaka Panca Tunggal), Macapat (Pujangga Wonga Carbon), Kesenian Brai (Sekar Pusaka), dan pembacaan puisi oleh Edeng Syamsul Maarif, dan Jogregan oleh Akim Garis.