Miss Lampung 2022 pun Turut Turun Tangan Jadi Relawan
Adi Sarwono tergerak mendirikan perpustakaan setelah dicegat sekumpulan anak yang meminta uang untuk membeli sabu-sabu. Nyali wani sebagai suporter membuatnya tak keder menghadapi ancaman bandar narkoba.
FARID S. MAULANA, Surabaya
—
SEKUMPULAN anak SD itu tiba-tiba mencegat. Tapi, Adi Sarwono sama sekali tak berpikiran buruk.
”Paling mau nunut (menumpang) pulang,” katanya tentang kejadian di sebuah desa di pelosok Lampung pada 2017 itu ketika dihubungi Jawa Pos dua pekan lalu.
Adi yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur, ketika itu tengah bekerja menjadi tenaga pemasaran sebuah produk detergen di Lampung. Dia biasa menjelajahi berbagai sudut provinsi di ujung selatan Sumatera tersebut.
Sampai kemudian dia berserobok dengan para bocah SD tadi di sebuah siang. Yang di luar perkiraannya, ternyata mereka bukan mau nunut, tapi minta duit Rp 50 ribu. Yang lebih mengejutkannya lagi, uang itu ternyata hendak dibelikan sabu-sabu. ”Saya nggak kasih. Saya pura-pura jadi polisi. Mereka ketakutan, tapi hati saya hancur menangis,” kenang alumnus Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Jakarta tersebut.
Hatinya hancur, tapi tekad pria pendukung Persebaya Surabaya alias Bonek itu menggumpal. Dia tergerak untuk membantu anak-anak seperti yang ditemuinya itu keluar dari jerat narkoba dan kejahatan lain.
Literasi jadi senjatanya. Kebetulan, Adi pernah punya pengalaman bersama musikus Glenn Fredly (almarhum) ketika masih tinggal di Jakarta. Saat itu dia menggalakkan literasi di Terminal Lebak Bulus untuk anak-anak di sana. Lantas menyekolahkan gratis agar anak-anak yang hidup di terminal tersebut bisa terlepas dari jerat kriminalitas.
Berbekal sepuluh buku miliknya, mulailah pria yang kini berusia 33 tahun itu berkeliling meminjamkan bukunya secara gratis kepada anak-anak. Di sela-selanya dia juga mendongeng. Sembari menyisipkan pesan-pesan positif soal bahaya narkoba kepada anak-anak.
Lima tahun berselang, kini telah berdiri Busa Pustaka yang bertempat di garasi rumah Adi di salah satu sudut Bandar Lampung. Perpustakaan atau taman bacaan yang namanya diambil dari simbol pekerjaan Adi dulu sebagai salesman detergen itu buka tiap hari dan terbuka bagi siapa saja. ”Rasanya gembira sekali melihat anak-anak yang dulu tidak mengenal literasi sekarang rajin membaca buku,” katanya.
Kesibukannya itu tak sampai membuat Adi lupa mendukung Persebaya. Kendati kini hanya bisa menjadi suporter layar televisi karena Bandar Lampung tak lagi punya tim yang sestrata dengan Green Force. Semasa masih di Surabaya maupun ketika tinggal di Jakarta, dia rutin menyambangi stadion demi mendukung tim kebanggaan.
Nyali wani atau berani khas Bonek dan arek-arek Suroboyo itu pula yang dia akui membuatnya tak keder kendati pernah menghadapi momen membahayakan. Suatu hari, seorang bandar narkoba yang merasa dirugikan karena anak-anak yang dulu jadi pelanggan kini aktif di Busa Pustaka murka. ”Kaki saya sempat ditembak juga, Mas. Untung hanya keserempet,” ungkapnya.
Kebetulan juga, Adi merupakan bikers. Dia punya komunitas yang akhirnya siap membantunya ketika ”disenggol” para bandar narkoba. ”Di sini juga ada komunitas Bonek dan suporter lain, termasuk The Jakmania, yang juga jadi volunter di Busa Pustaka,” paparnya.
Saking cintanya kepada Persebaya, Busa Pustaka punya yel-yel yang terinspirasi dari Bonek. Adi menegaskan, hal tersebut dilakukan agar anak-anak ini bisa mengilhami makna ”Salam Satu Nyali, Wani!” yang merupakan slogan para suporter Persebaya. ”Siapa Kita? Busa Pustaka. Busa Pustaka, WANI!. Tiap kegiatan saya selalu teriak seperti itu, dan anak-anak senang, Mas,” jelasnya lantas tertawa.
Perlahan, dukungan kepadanya kian meluas. Para relawan silih berganti menawarkan diri untuk membantu. ”Sampai akhirnya pada 2020 lalu banyak anak yang tidak hanya ingin baca buku. Mereka juga ingin diajari pelajaran sekolah,” bebernya.
Dari sanalah akhirnya berdiri Sekolah Rakyat Busa Pustaka. Juga perpustakaan yang diberi nama House of Busa Pustaka.
Sejak saat itu kegiatan Busa Pustaka makin banyak. Hampir tiap minggu selalu ada kegiatan yang melibatkan ratusan relawan dan anak-anak di Lampung. ”Terakhir (22/1) kami bikin kegiatan di Sekolah Rakyat Busa Pustaka,” ucapnya.
Salah seorang relawan Busa Pustaka adalah perwakilan Lampung di Miss Indonesia 2022 Shaqilla Vianta. Shaqilla malah sudah aktif sejak sebelum terpilih sebagai Miss Lampung 2022.
Persisnya sejak Maret 2022. Namun, Shaqilla sejatinya sudah tahu soal adanya Busa Pustaka sejak 2021. ”Awalnya gak berani join karena takut awkward. Tapi, pertama kali datang ternyata seru. Mamang (Adi) pun sangat welcome dengan anak-anak baru,” ungkapnya.
Shaqilla bergabung jadi relawan karena senang bertemu dengan anak-anak. Saling berbagi dan melakukan banyak kegiatan positif bersama.
Kebetulan Shaqilla juga sangat suka membaca buku. Bahkan, buku selalu jadi barang yang wajib dia bawa ke mana pun. ”Terakhir baca buku judul Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer, yang ditulis penulis favorit saya sepanjang masa, Pramoedya Ananta Toer,” ungkapnya.
Dengan bantuan Shaqilla dan banyak relawan lain, Adi pun kian bungah menatap makin banyaknya anak yang datang ke Busa Pustaka. Dia berharap yang dia lakukan ini sedikit banyak membantu mereka. ”Agar saya atau siapa pun itu tak bertemu lagi dengan anak-anak yang meminta uang untuk membeli narkoba,” tuturnya.