JawaPos.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengucurkan bantuan untuk korban gempa Turki. Dalam kunjungannya pada Minggu (19/2), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengungkapkan, negaranya akan memberikan tambahan bantuan USD 100 juta atau setara Rp 1,5 triliun.
Bantuan tersebut ditujukan untuk kebutuhan kemanusiaan dan darurat pengungsi serta imigrasi masing-masing sebesar USD 50 juta atau Rp 757,7 miliar. ’’Ini akan menjadi upaya jangka panjang. Pencarian dan penyelamatan akan berakhir. Pemulihan sedang berjalan. Kemudian, akan ada operasi pembangunan kembali secara besar-besaran,’’ ujar Blinken di Pangkalan Udara Incirlik sebagaimana yang dikutip BBC.
Blinken dan rombongan sempat mengunjungi lokasi bencana dengan helikopter. Dia ditemani Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. Di awal-awal gempa terjadi pada 6 Februari lalu, AS menjanjikan USD 85 juta (Rp 1,3 triliun) untuk Turki dan Syria. Dengan demikian, total bantuan yang diberikan Negeri Paman Sam mencapai USD 185 juta (Rp 2,8 triliun).
Sementara itu, jumlah korban meninggal akibat gempa terus bertambah. Hingga Senin (20/2), lebih dari 46 ribu orang meninggal. Proses evakuasi dan penyelamatan dihentikan sejak Minggu (19/2) malam, kecuali untuk dua wilayah yang terdampak paling parah. Yakni, Kahramanmaras dan Hatay. Pusat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo itu memang berada di Kahramanmaras.
Blinken datang ke Turki setelah acara Konferensi Keamanan di Munich, Jerman. Kedatangannya tidak hanya bertujuan memberikan bantuan, tetapi juga membujuk Turki agar mau menyetujui pendaftaran Swedia dan Finlandia sebagai anggota NATO. Sebab, selama ini Turki terus bersitegang dengan Swedia. Sebelum gempa terjadi, Turki menegaskan hanya akan memberikan lampu hijau ke Finlandia. Bukan Swedia.