JawaPos.com – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo berhasil menurunkan hingga 51 persen stunting di Jateng dalam empat tahun terakhir. Untuk meraih capaian itu, Ganjar mengandalkan penanganan dan pencegahan stunting hingga ke tingkat mikro.
Ganjar menjelaskan, salah satu langkah konkritnya adalah dengan intens berkoordinasi dengan tim penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Ganjar yang juga Pembina Tim Penggerak PKK Provinsi Jateng memaksimalkan koordinasi agar penurunan stunting bisa terjadi di tingkat mikro.
Menurut Ganjar, kelompok yang terdiri atas mayoritas ibu-ibu itu bisa mengetahui secara detail kondisi lapangan, khususnya terkait anak-anak dan stunting. Ganjar mengatakan, selama ini koordinasi yang dilakukan sangat aktif dan efektif.
“Maka karena sebagian besar ibu-ibu, kita bicara ibu hamil, stunting, termasuk kurang gizi itu, ternyata mereka satu bisa mendeteksi, dua bisa memberikan treatment,” kata Ganjar di Java Mall Kota Semarang, Jateng, Selasa (21/2).
Apalagi, kata Ganjar, Tim Penggerak PKK juga berkolaborasi dengan dinas, kelompok masyarakat, dunia usaha, hingga tokoh agama yang turut mendorong kesuksesan program Pemprov Jateng terkait penurunan stunting. Di samping itu, Ganjar menyebut Tim Penggerak PKK pun punya program lokal yang sudah bergerak.
“Maka mereka sudah punya program tadi pemberdayaan, terus kemudian tahu siapa yang ada di keluarga itu penyandang disabilitas, bagaimana kondisi ekonomi keluarganya, itu ternyata mereka tahu,” kata Ganjar lewat keterangannya.
Bersama Tim Penggerak PKK, Ganjar mengkolaborasikan penurunan stunting, angka kemiskinan, hingga penekanan inflasi. Pasalnya, Ganjar menyebut mereka adalah tim yang mengerti kondisi di masyarakat.
“Maka kita kolaborasikan antara penurunan angka kemiskinan sekaligus penurunan angka stunting dan pencegahan stunting dengan edukasi, termasuk Jo Kawin Bocah,” kata Ganjar.
Berdasarkan perhitungan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jateng berada di angka 24,4 persen, setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3 persen. Persentase kembali turun pada 2020 menjadi 14,5 persen, kemudian pada 2021 turun menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada 2022 di angka 11,9 persen.