JawaPos.com- Jangan Asem. Dalam bahasa Indonesia berarti sayur asam. Namun, nama itu bukan sayur asam, melainkan nama salah satu dusun di Desa Tromposari, Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Namun, penamaan itu bukan karena banyaknya penjual sayur asam atau jangan asem di daerah itu.
Kepala Dusun Janganasem Jaiman menyatakan, belum ada yang mengetahui proses penamaan dusun dengan lima RT dan satu RW itu. ’’Tapi, yang pasti bukan dari banyak yang jual jangan asem itu, sini banyaknya jangan lodeh sama rawon,’’ ujarnya, lantas tertawa.
Dari cerita-cerita yang didengarnya sejak kecil dari tetangga ataupun kakeknya, penamaan dusun yang berbatasan dengan Kecamatan Beji, Pasuruan, itu karena ada seekor kijang, atau menjangan dalam bahasa Jawa, yang meninggal di bawah pohon asam. ’’Nah, dari itu dinamakan Menjangan Asem, terus jadi singkat Janganasem,’’ ungkapnya.
Pria 50 tahun itu tidak bisa memastikan apakah hal tersebut benar atau tidak. Namun, seingatnya saat masih kecil memang ada banyak pohon asam yang tumbuh di dusunnya. ’’Tapi, sekarang sudah nggak ada sama sekali,’’ ungkapnya.
Sementara itu, jika ditinjau dari data pustaka, pegiat sejarah dari Sidoarjo Masa Kuno dr Sudi Harjanto mengungkapkan bahwa nama Dusun Janganasem ada di peta Belanda tahun 1892. ’’Di peta itu tertulis Djangan Asem, dengan lambang permukiman kecil yang dikelilingi sawah,’’ tuturnya.