Puluhan Rumah di Radius 500 Meter Alami Kerusakan
JawaPos.com – ”Kami menemukan potongan tubuh seperti pinggul dan telapak tangan kiri di dekat rumah warga,” ucap Kepala Search and Rescue (SAR) Trenggalek Eko Nur Hakim kemarin. Pernyataan menyayat hati itu disampaikan Eko saat terlibat dalam olah tempat kejadian perkara di Desa Karangbendo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Di lokasi tersebut, puluhan rumah hancur akibat ledakan dahsyat yang terjadi pada Minggu (19/2) sekitar pukul 22.30.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Blitar, ledakan itu berasal dari rumah Darman, 65, warga Dusun Tegalrejo, Desa Karangbendo.
Sumber ledakan diduga dari bubuk petasan yang disimpan Darman. Saking kerasnya ledakan, suaranya terdengar hingga radius sekitar 20 km.
Ledakan itu membuat Darman dan tiga orang lain yang berada di dalam rumah meninggal seketika. Tiga orang itu adalah Aripin, Widodo, dan Wawa. Aripin dan Widodo adalah anak Darman, sedangkan Wawa adalah adik iparnya. Tubuh empat orang tersebut hancur. Beberapa bagian tubuh korban bahkan terlempar hingga jarak lebih dari 100 meter dari lokasi ledakan. Selain empat korban meninggal, terdapat 23 orang yang mengalami luka-luka karena tertimpa reruntuhan bagian rumah.
Beberapa jam setelah kejadian, tim gabungan dari kepolisian, TNI, dan BPBD Kabupaten Blitar tiba di lokasi. Mereka langsung memasang garis polisi di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Hingga kemarin (20/2) pagi, tim gabungan masih melakukan olah TKP dan evakuasi korban terdampak. Mereka bekerja ekstrakeras mengumpulkan berbagai barang. Petugas juga berupaya mengumpulkan bagian tubuh korban yang berserakan. Beberapa bagian tubuh bahkan ditemukan tersangkut di pepohonan dan atap rumah.
Berdasar hasil pendataan sementara, 26 rumah yang berada pada radius sekitar 500 meter dari lokasi ledakan mengalami kerusakan. Ada yang atapnya ambrol, jendela pecah, hingga dinding rumah roboh. Bahkan, beberapa rumah terlihat hanya tersisa tembok.
Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono menjelaskan, bubuk petasan yang diduga menjadi pemicu ledakan diduga memiliki berat puluhan kilogram. Sebagian bubuk itu disimpan di dalam panci. Satu panci berisi sekitar 5 kg mesiu. ”Warga mendengar satu ledakan besar, disusul dua ledakan kecil,” jelasnya.
Berdasar hasil penyelidikan dan olah TKP, ledakan diduga dipicu puntung rokok yang menyulut api hingga ke dalam panci berisi bubuk petasan. ”Untuk jumlah bubuk petasannya, kalau ada tiga panci berarti sekitar 15 kg. Itu belum termasuk yang di luar panci,” terangnya. Puntung rokok dan panci tersebut ditemukan petugas saat menyisir TKP.
Ledakan itu juga menimbulkan cekungan sedalam setengah meter dengan lebar sekitar 2 meter. ”Pusatnya ada di belakang rumah yang diperkirakan adalah bagian dapur rumah tersebut,” bebernya.
Argo prihatin atas peristiwa yang menimbulkan korban jiwa itu. Peristiwa tersebut menjadi peringatan kepada masyarakat agar tidak main-main dengan petasan meskipun berdaya ledak rendah. ”Yang harus diketahui, peracikan yang salah bisa menimbulkan risiko ledakan. Sebab, berkaitan langsung dengan bahan kimia,” terangnya.
Tradisi Warisan
Bermain petasan saat Ramadan dan Idul Fitri memang bukan hal baru di Desa Karangbendo. Bahkan, sebagian orang menyebut wilayah itu sebagai desa petasan. Nyaris setiap tahun, wilayah di Blitar Utara itu menggunakan mercon untuk memeriahkan momen Idul Fitri. Beberapa warga selama ini cukup aktif memproduksi benda berbahaya tersebut. ”Yo akeh (Ya banyak, Red) yang buat. Itu sudah hal biasa,” ujar seorang warga Dusun Tegalrejo kepada Jawa Pos Radar Blitar.
Dia mengakui, bermain petasan telah menjadi budaya sejak dulu. Bahkan, pemandangan orang membuat mercon sudah biasa di desa tersebut. ”Terlebih menjelang musim bulan puasa dan Idul Fitri,” imbuhnya. Di mana warga biasa membeli bubuk petasan? Dia mengaku tidak tahu. Yang pasti, lanjut dia, budaya petasan sejatinya hanya untuk senang-senang.
Sebutan desa petasan tidak hanya di Kecamatan Ponggok. Tradisi serupa dilakukan beberapa wilayah lain. Misalnya, Kecamatan Udanawu dan Kecamatan Wonodadi. Setiap tahun jajaran kepolisian sebenarnya melakukan operasi mercon. Namun, fenomena itu tetap berlangsung turun-temurun hingga kini.
Pada bagian lain, tim BPBD Jatim ikut terjun untuk membantu evakuasi korban ledakan di Blitar. Mereka juga memantau kondisi rumah yang rusak. Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan, pendataan terus dilakukan. Termasuk estimasi kerusakan akibat ledakan. Menurut dia, sudah ada pembahasan terkait perbaikan hunian. Namun, hasilnya belum final. ”Masih kami koordinasikan dengan Pemkab Blitar,” tambah Gatot.
Dia mengatakan, saat ini petugas masih berfokus pada evakuasi korban. Seluruhnya telah dibawa ke rumah sakit. Agar peristiwa serupa tak terulang, Gatot menegaskan bahwa Pemprov Jatim mendukung razia petasan yang dilakukan jajaran kepolisian.