JawaPos.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus berupaya menurunkan angka kemiskinan di wilayahnya. Menurutnya, memprioritaskan perempuan rentan, anak, dan disabilitas dalam upaya pembangunan dan pengembangan daerah perlu dilakukan.
“Setiap Musrenbang di Jateng, kelompok perempuan dan anak serta disabilitas saya dahulukan. Inilah tindakan afirmasi dalam pengambilan keputusan,” ujar Ganjar kepada wartawan, Senin (20/2).
Sebagaimana diketahui perempuan dan anak-anak termasuk dalam kelompok rentan karena mereka cenderung memiliki ketergantungan ekonomi yang lebih besar pada orang lain. Ketika hidup dalam kemiskinan, perempuan dan anak-anak seringkali menjadi korban yang paling terdampak.
Karena itu, upaya untuk mengurangi kemiskinan dan memperkuat kemandirian ekonomi kelompok rentan sangat penting. Ganjar pun menggagas dua inovasi untuk dua kelompok rentan tersebut, yakni ‘Sekolah Perempuan Cerdas Zaman Now’ atau ‘Serat Kartini’ dan ‘Ceting Ketan’, yang merupakan singkatan dari ‘Mencegah Stunting pada Kelompok Rentan’.
Serat Kartini menyasar perempuan berstatus kepala keluarga, penyintas Covid-19, korban kekerasan, korban bencana, penyandang disabilitas, PGOT, bahkan kategori ODHA. Inovasi ini memberdayakan perempuan kelompok rentan lewat jaring pelatihan wirausaha. Sedangkan Ceting Ketan menurunkan angka stunting (gangguan pertumbuhan pada anak akibat gizi kronis) di Jateng.
Program Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) dan Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Proses Pengambilan Keputusan dalam implementasi Serat Kartini digeber untuk perempuan rentan di desa-desa. Sedangkan Ceting Ketan bermuara tercapainya kondisi kesehatan nan prima dan kesejahteraan keluarga lewat pelayanan KB, dan pendampingan kesehatan ibu dan balita.
Di Jateng, PPEP mengalami lompatan luar biasa pada 2020 saat masa pandemi Covid-19. Jika pada 2019 baru ada tiga desa di tiga kabupaten yang dintervensi, berhasil digenjot Ganjar pada 2020 menjadi 1.701 desa di 35 kabupaten/kota.
Tahun 2021 dan 2022 program pemberdayaan kelompok perempuan rentan berlanjut dengan jumlah yang ditangani sama yaitu 130 desa di 35 kabupaten/kota.
Sementara itu, Ketua Jaringan Perempuan Usaha Kecil (Jarpuk) Kabupaten Wonosobo, sekaligus Pendamping PPEP Nuke Maya Kurnianingsih menilai, program PPEP yang masif digerakkan Ganjar sangat dirasakan. Karena membuat perempuan di desa menjadi lebih berdaya dan mandiri.
‘’Mereka tak lagi hanya sebagai ibu rumah tangga yang berpangku tangan, tapi perempuan produktif yang menghasilkan produk-produk hasil pelatihan seperti batik ecoprint dan anyaman besek tenong dan keranjang. Mereka juga jadi pintar mengelola manajemen pemasaran, dan bisa mengurus PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) ketika bikin industri rumahan,’’ ujar Nuke.
Ada berbagai model pendampingan dilakukan lewat PPEP dan Industri Rumah Tangga. Mulai membantu mengurus perizinan, mendorong ide-ide baru usaha, dan membuka jejaring dalam pasar online. Saat ini sekitar 1.500 perempuan rentan dari 15 kecamatan (12 kelurahan dan 16 desa) yang dibina Jarpuk.