JawaPos.com – Setidaknya 100 aktivis di Tiongkok dilaporkan hilang. Dilansir BBC, mereka ditahan saat aksi besar-besaran menuntut kebijakan nol Covid-19 di Tiongkok dicabut pada November 2022. Para aktivis yang hilang berasal dari berbagai kota. Di antaranya, Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Nanjing.
Penangkapan tersebut tidak hanya dilakukan pada akhir tahun lalu, tapi berlanjut hingga Januari 2023. ’’Kami mengutuk keras penindasan terhadap kebebasan berbicara dan mendesak pihak berwenang Tiongkok untuk segera membebaskan semua orang yang ditahan sehubungan dengan acara tersebut,’’ ujar juru bicara Goldsmiths.
Kelompok aktivis pun telah menerbitkan daftar nama para tahanan yang diduga masih ditahan. Beberapa di antaranya yang berhasil diverifikasi adalah Cao Zhixin, Li Siqi, Li Yuanjing, dan Zhai Dengrui.
Reporters Without Borders menyebut, mereka adalah jurnalis. Mereka ditangkap dengan tuduhan memicu pertengkaran dan memprovokasi masalah.
Selain itu, banyak di antara aktivis yang ditahan tersebut tergolong berpendidikan. Selain jurnalis, ada yang berprofesi sebagai penulis, musisi, guru, dan para profesional di industri finansial. Saat demonstrasi, massa membawa kertas putih kosong. Simbol pembungkaman dan sensor di Tiongkok. Itulah yang membuat pemerintah Tiongkok marah.
’’Penangkapan itu dipakai sebagai pesan mengerikan bagi mereka yang percaya bahwa informasi faktual harus dilaporkan meskipun bertentangan dengan pernyataan resmi (pemerintah, Red),’’ bunyi pernyataan Reporters Without Borders.
Bukan hanya aktivis yang hilang. Belakangan, CEO China Renaissance Bao Fan juga tiba-tiba lenyap. China Renaissance adalah bank investasi kenamaan di Tiongkok. Hilangnya Bao membuat saham perusahaan sempat anjlok.