Calonkan Diri karena Penuhi Kriteria, Tema Kampanye Bhinneka Tunggal Ika

Deris Nagara gagal di SNMPTN dan SBMPTN, tapi selalu percaya bakal mendapatkan tempat yang lebih baik. Apa yang diraihnya saat ini tak lepas dari keaktifannya berkegiatan, terutama di Paguyuban Mojang Jajaka Ciamis.

LAILATUL FITRIANI, Surabaya

KESIBUKAN Deris Nagara yang sudah seabrek itu sekarang bertambah lagi. Mulai membuat kebijakan dan program, kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan terkait, selain peningkatan pengalaman mahasiswa di salah satu kampus top dunia: Columbia University.

Sebab, pemuda 25 tahun itu pada 22 November tahun lalu terpilih sebagai presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) School of International and Public Affairs Student Association (SIPASA). Dia pun menjadi mahasiswa pertama Indonesia yang menduduki posisi tersebut di kampus yang berlokasi di New York City, Amerika Serikat, itu.

Tanggung jawab di kampus yang masuk jajaran Ivy League (delapan perguruan tinggi elite di AS yang dikenal karena prestasi akademiknya yang ekselen) tersebut akan diembannya untuk periode 2023–2024. ”Saat itu saya membawa campaign dan platform Unity in Diversity for Our Community,” ujar penerima penghargaan Pemuda Hebat dari Kemenpora 2022 itu ketika dihubungi Jawa Pos pada Senin (13/2) pekan lalu.

Bahkan, dalam mimpi terliarnya pun Deris tak pernah membayangkan bakal memimpin organisasi mahasiswa di salah satu kampus paling prestisius di dunia. Apalagi jika mengingat bagaimana selulus SMA di Ciamis, Jawa Barat, dia gagal menembus SNMPTN, SBMPTN, dan Simak UI demi bisa menggapai cita-cita menjadi dokter.

Padahal, dia pelajar berprestasi, lulusan terbaik, dan sangat aktif berkegiatan. Di SMAN 2 Ciamis, semua kegiatan ekstrakurikuler dia ikuti. Mulai OSIS, teater, seni tari, karawitan, vocal group, bahasa asing, hingga PMR.

”Yang paling aktif banget di Paguyuban Mojang Jajaka Ciamis (Pamoka). Saya bergabung pada 2013 dan masih aktif sampai sekarang. Itu salah satu platform yang membuat saya menjadi who I am today right now,” tutur Deris.

Pamoka menjadi cikal bakal Deris terjun ke masyarakat. Dari sana pula keinginannya menjadi dokter tumbuh: agar bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Cita-cita yang membuat Duta Wisata Mojang Jajaka Ciamis itu rela belajar dari pagi sampai pagi.

Kala itu sebenarnya Deris sudah mendapat beasiswa penuh dari President University untuk jurusan hubungan internasional (HI). Namun, Deris bimbang. Tekadnya menjadi dokter belum padam.

Setelah melalui pergulatan batin, dia menemukan ada sisi dirinya yang sesuai di jurusan HI. Dia tertarik menjadi diplomat agar kelak bisa berkesempatan memperjuangkan isu-isu hak asasi manusia.

”Terlebih, keadaan ekonomi ortu saat itu sedang tidak baik. Papa pensiun. Kami banting setir sampai mama buka warung, mobil dijual, garasi dijadikan kios. Kalau saya ditakdirkan di kedokteran, berapa biaya yang harus dikeluarkan papa-mama,” imbuhnya.

Kuliah di President University di Cikarang, Kabupaten Bekasi, itu dia jalani pada 2014–2019. Jelang tahun akhir, dia mendapat kesempatan menimba ilmu di Belanda, persisnya di Hogeschool van Arnhem en Nijmegen, setelah lolos seleksi program pertukaran mahasiswa.

Sebelumnya, Deris pernah menjalani pertukaran pelajar ke Malaysia saat SMP dan ke Australia saat SMA. Tapi, kali ini ada problem besar yang menghadang: dia harus mencari dana tambahan karena beasiswa yang diberikan hanya untuk biaya pendidikan.

”Begitu sampai Belanda bingung. Belum ada rumah, nggak ada kerjaan, kuliah belum mulai. Saya menginap di tempat teman dua minggu, hari pertama dapat magang,” ujar ASEAN-Korea Youth Ambassador itu.

Di Belanda, Deris tetap aktif di berbagai kegiatan. Selepas kuliah, dia harus mengayuh sepeda sejauh 60 km pergi pulang ke tempat kerja.

Kebetulan kuliah sambil kerja bukan pengalaman baru baginya. Semasa di Indonesia, Deris kerap bekerja part-time apa pun yang dirinya mampu. Mulai jadi entrepreneur, singer wedding, agen asuransi dari pintu ke pintu, hingga mentor pelatihan.

Beragam kerjaan juga pernah dilakoninya setelah lulus S-1 dan sebelum mendapat beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) ke Columbia University. Mulai menjadi analis pasar, community manager, moderator, sampai pemandu acara di televisi.

Beragam gemblengan itu pula yang membuatnya tak mudah patah. Termasuk ketika dia harus belajar dari awal untuk jurusan S-2 yang dia ambil yang berbeda dengan studi S-1.

”Tantangannya lebih ke akademik karena saya lulusan HI. Sekarang di jurusan master of public administration yang mempelajari semua kebijakan, mikro dan makro ekonomi, statistik, kebijakan fiskal,” katanya.

Deris tertarik mencalonkan diri menjadi presiden BEM SIPASA di kampusnya karena merasa dirinya memenuhi kriteria. ”Saya telah mendedikasikan hidup untuk memajukan bidang pemberdayaan pemuda, pengembangan masyarakat, dan kualitas pendidikan sejak 2013. SIPASA akan menjadi platform untuk menuangkan semangat itu,” tuturnya.

Sebelumnya, dia harus melalui beberapa tahapan. Mulai membuat platform, advokasi, hingga kampanye di tempat publik. Materi kampanyenya pun datang dari negeri tempat dia dilahirkan dan dibesarkan: Bhinneka Tunggal Ika.

Sementara itu, program yang dikedepankan adalah Genta Mandaya. ”Genta Mandaya itu komitmen saya mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyejahterakan masyarakat Indonesia melalui empat sektor, yaitu pemberdayaan anak muda, pengembangan masyarakat, pemberdayaan ekonomi lokal, dan transformasi pendidikan,” ujarnya.

Deris hanya bisa bersyukur atas apa yang telah diraihnya sejauh ini. Setidaknya, anggapannya dulu tidak salah: tertolak bukan berarti tidak pantas. ”Melainkan ada tempat lain yang lebih baik. Jadi, percaya saja pada diri sendiri dan ketahui kekuatanmu. Kalau punya mimpi, ya harus kerja keras untuk mengejarnya,” katanya.

By admin