JawaPos.com – Pertengahan Februari, kunjungan pusat perbelanjaan atau mal di Kota Jakarta mengalami peningkatan. Hal ini sepeti terlihat di salah satu mall kawasan Jakarta Selatan, pada Minggu (19/2).
Dalam pantauan JawaPos.com, Pondok Indah Mall yang kerap disebut PIM terlihat ramai oleh pengunjung pada hari Minggu kemarin. Mulai dari lobby, lift, dan sejumlah tenant ramai dipadati oleh pengunjung.
Terkait ini, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, mal yang kembali ramai salah satunya dipicu oleh manajemen yang tidak hanya menjadikan sebagai tempat belanja. Melainkan menyediakan ataupun memberikan “journey/experience’ kepada para pelanggannya.
“Sudah sejak lama fungsi utama pusat perbelanjaan bukan lagi hanya sekedar sebagai tempat berbelanja saja, terutama bagi pusat perbelanjaan yang berlokasi di kota-kota besar. Saat ini, pusat perbelanjaan harus dapat menambahkan fungsi lain dari sekedar sebagai tempat berbelanja,” kata Alphonzus kepada JawaPos.com, dikutip Senin (20/2).
Menurut Alphonzus, apabila pusat perbelanjaan terus-menerus hanya mengedepankan fungsi belanja maka akan langsung berhadapan dengan e-commerce. Baginya, pusat perbelanjaan harus dapat memiliki dan menyediakan tempat ataupun fasilitas untuk pelanggan melakukan interaksi sosial dengan sesamanya.
Sehingga dengan begitu, fungsi pusat perbelanjaan bukan lagi hanya sekedar sebagai tempat belanja. Tetapi, mampu memberikan pengalaman bagi pelanggan berupa customer experience ataupun customer journey yang diantaranya bisa diciptakan dari konsep gedung dan juga ‘tenant mix‘.
Hal ini penting menjadi perhatian, karena fungsi lain dari pusat perbelanjaan akan selalu berubah dari waktu ke waktu karena pusat perbelanjaan sangat erat dengan gaya hidup atau lifestyle yang cepat sekali berubah setiap waktu.
“Pada saat ini untuk merespons perubahan yang terjadi akibat pandemi Covid-19 maka pusat perbelanjaan harus dapat menambahkan fungsi lain yaitu harus menjadi hub koneksi sosial atau social connection hub dikarenakan sudah hampir tiga tahun manusia di dunia ini tidak bisa dengan bebas untuk berinteraksi dengan sesamanya secara langsung, bukan di dunia maya seperti yang selama ini terjadi,” jelasnya.
Selain itu, kata Alphonzus, masyarakat Indonesia juga memiliki budaya yang senang berkumpul baik bersama keluarga, sanak saudara, teman, kolega, komunitas dan lain sebagainya. Maka oleh karenanya, pusat perbelanjaan harus memiliki fasilitas untuk kebutuhan masyarakat tersebut baik dalam bentuk konsep gedung maupun tenancy mix atau kelengkapan campuran/bauran penyewa.
“Banyak pusat perbelanjaan yang mampu dan telah berhasil memberikan fungsi lain dari sekedar fungsi belanja saja sehingga diminati dan banyak dikunjungi oleh masyarakat bahkan tingkat kunjungannya telah mencapai 100 persen,” tandasnya.