JawaPos.com – Jepang dan Amerika Serikat menggelar latihan udara gabungan pada Minggu (19/2) waktu setempat atau sehari setelah Korea Utara menggelar uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM). Hal ini seperti disampaikan pihak Kementerian Pertahanan Jepang. Selain itu, pasukan AS juga menggelar latihan udara gabungan bersama Korea Selatan pada hari yang sama.
Sebelumnya, pada Minggu (19/2) pagi, Korea Utara mengaku telah menggelar latihan mendadak yakni peluncuran ICBM Hwasong-15 di lintasan yang lebih tinggi. Merespons itu, AS dan sekutu-sekutunya, Jepang dan Korsel, lantas menggelar latihan bersama untuk menunjukkan kesatupaduan dalam melawan provokasi Korea Utara.
Tiga jet tempur F-15 dari Angkatan Udara Pasukan Bela Diri Jepang ikut serta dalam latihan bersama itu bersama dengan empat jet tempur F-16 dan dua pesawat pembom strategis B-1B milik AS. Sementara militer Korea Selatan mengatakan sebuah pesawat pembom B-1B milik AS dan pesawat tempur siluman F-35A Korea Selatan terbang dalam formasi selama latihan udara gabungan kedua negara.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan latihan tersebut menunjukkan kemampuan pertahanan aliansi Washington-Seoul yang luar biasa dan kedua negara sudah meningkatkan kemampuan operasional.
Latihan gabungan tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan terkait kemajuan teknologi rudal Korea Utara dan kekhawatiran bahwa negara itu bakal segera melakukan uji coba nuklir lainnya.
Korea Utara mengecam rencana kedua negara dalam membahas langkah-langkah melawan ancaman nuklir Korea Utara dan menggelar latihan gabungan Freedom Shield selama 11 hari pada pertengahan Maret mendatang.
Kantor berita resmi Korea Utara (KCNA) mengatakan rudal yang diluncurkan Pyongyang terbang dengan jarak hampir 1.000 kilometer selama lebih dari satu jam sebelum mencapai perairan bebas di Laut Jepang.
Menurut pemerintah Jepang, rudal tersebut kemungkinan jatuh di zona ekonomi eksklusifnya di lepas pantai Hokkaido. Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan bahwa pada lintasan normal rudal itu berpotensi menempuh jarak lebih dari 14.000 km dan dapat menyerang wilayah daratan AS di mana saja.