JawaPos.com – Sebanyak 9 desa wisata yang menjadi penyangga kawasan Bromo Tengger Semeru memaparkan rencana program pengembangan desa wisata dalam acara Biannual Tourism Forum. Acara tersebut digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sembilan desa penyangga Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, berasal dari 4 kabupaten sekitar, yaitu Kabupaten Malang (Desa Wisata Jeru, Wringinanom dan Poncokusumo), Kabupaten Pasuruan (Desa Wisata Tosari, Podokoyo dan Wonokitri), Kabupaten Probolinggo (Desa Wisata Wontoro dan Ngadisari) serta Kabupaten Lumajang (Desa Wisata Pasrujambe).
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Martini M. Paham mengatakan, di antara sekitar 7.200 Desa Wisata yang ada di Indonesia, telah terpilih desa-desa wisata yang menjadi sasaran pelaksanaan Kampanye Sadar Wisata 5.0. Lokasi yang terpilih diharapkan mampu memanfaatkan peluang tersebut.
“Program ini didukung sepenuhnya oleh Bank Dunia di tahun 2022 dan 2023, untuk itu desa-desa wisata terpilih harus dapat memanfaatkan dan memaksimalkan program ini dengan baik, sehingga program menjadi tepat sasaran dan tepat manfaat,” kata Martini kepada wartawan, Senin (20/2).
Ia mengatakan, pariwisata adalah industri yang pertama kali terpuruk karena pandemi Covid-19. Seiring membaiknya kondisi dunia, sektor pariwisata pun mulai bangkit kembali, “Kita harus bangkit bersama, lebih cepat, lebih kuat dengan mengedepankan adaptasi, inovasi dan kolaborasi,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan SDM Pariwisata, Kemenparekraf, Florida Pardosi menjelaskan, Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 sudah berjalan 2 tahun. Pelaksanaannya melalui Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB) di 6 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) di Indonesia, meliputi Danau Toba, Borobudur – Jogjakarta – Prambanan, Bromo – Tengger – Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi.
“Outcome dari kegiatan ini adalah berhasil melahirkan para local champion yang mampu menjaga keberlanjutan pengembangan desa wisata dan memberikan kesadaran bagi masyarakat desa wisata tentang pentingnya penerapan sapta pesona, pelayanan prima dan penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability) di desa atau kampung wisatanya,” kata Florida.
Terdapat enam tahapan kegiatan dalam Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 mulai dari Sosialisasi Sadar Wisata, Pelatihan, Penyusunan Proposal, Pendampingan, Penilaian dan Apresiasi bagi pelaku wisata.
Penggerak Desa Wisata Wonokitri, Pujawasista mengatakan, para masyarakat merasa terbantu dengan digalakannya Progam Kampanye Sadar Wisata 5.0. Apalagi sudah ada kebijakan warga boleh melakukan budidaya Bunga Edelweiss sejak 2018.
“Desa kami merupakan pintu masuk terakhir menuju kawasan Bromo dari Kabupaten Pasuruan. Dengan adat istiadat dan budaya Suku Tengger yang kuat, saat ini kami telah diizinkan untuk melakukan budidaya Bunga Edelweiss yang merupakan tanaman endemik yang tumbuh di wilayah gunung dan dijaga serta dilindungi keberadaannya di kawasan Bromo Tengger Semeru,” kata Pujawasista.
Berlokasi tak jauh dari situ, masih dari Kabupaten Pasuruan, terdapat pula Desa Wisata Podokoyo yang menawarkan paket wisata berbeda, melalui Bromo Fun Tracking, Program Live in dengan Warga dan Camping Ground.
“Ketiga aktivitas ini menjadi ikon desa kami. Podokoyo adalah desa pemegang juara pertama dalam bidang kerukunan beragama di Kabupaten Pasuruan dan merupakan salah satu desa pemangku hutan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,” ucap Witono selaku penggerak wisata Desa Wisata Podokoyo.