JawaPos.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengapresiasi Persatuan Nasional Aktivis 98 (PENA) yang mendirikan kantor Graha PENA 98. Menurut Erick, sejarah kelam peristiwa 1998, telah mampu mengubah sistem pemerintahan Indonesia.
Erick mengaku takjub banyaknya karangan bunga yang berbaris di sekitar Jalan HR. Rasuna Said, Jakarta. Karangan bunga itu terkait pendirian Graha PENA 98.
“Rupanya sejarah 25 tahun yang sudah diperjuangkan hingga hari ini Alhamdulillah tetap berlanjut. Karena bunga-bunga itu, bukan karena jajaran bunganya bersejarah, tapi bagaimana kita mengingat pengorbanan sekian banyak manusia selama Indonesia dibentuk, dan tentu pada 98 bisa terjadi namanya reformasi untuk politik Indonesia,” kata Erick di Graha PENA 98, Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (19/2).
Erick Thohir pun mengungkapkan, reformasi 98 mampu melahirkan banyak tokoh-tokoh nasional. Bahkan, Erick menyebut salah satunya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mampu menjadi pemimpin bangsa.
“Tokoh-tokoh yang selama ini tidak pernah terpikir apa dan kenapa, siapa dan di mana, tapi lahir menjadi pemimpin bangsa salah satunya ya pak Joko Widodo,” ungkap Erick.
Erick yang kini menjadi Ketua Umum PSSI ini pun menyatakan, reformasi 98 mampu membuka sejumlah aspek, seperti kebebasan pers dan kebebasan berpendapat. Sejumlah aspek itu tak dipungkiri lahir dari rahim reformasi 98.
“Kita bisa saksikan, setelah reformasi kalau bicara kebebasan pers tidak usah ditanya. Saya yang merupakan bagian orang media pun merasakan, persnya bebas banget. Lalu kalau kita bicara untuk kebebasan berpendapat bebas, banget juga,” ucap Erick.
Selain itu Erick mengutarakan, kebebasan itu tidak bisa berjalan sempurna, jika adanya kesenjangan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah sangat berkomitmen untuk terus menekan ketimpangan ekonomi.
“Bagaimana pak Jokowi beberapa tahun terakhir mendorong yang namanya kesenjangan ini yang merupakan isu utama, terus ditekan. Agar apa? taraf kehidupan masyarakat kita lebih baik,” pungkas Erick.