JawaPos.com – Ketua umum PSSI Erick Thohir berencana menghidupkan kembali Badan Tim Nasional (BTN) yang sempat dibekukan oleh pengurus PSSI sebelumnya di tahun 2015. Salah satu alasan dihidupkan kembali BTN agar kepengurusan PSSI periode 2023-2027 memiliki rancangan kerja jangka panjang yang sistematik dalam membangun sepak bola Indonesia.
Rencana besar Erick Thohir ini mendapat dukungan pakar manajemen prestasi olahraga Prof. Djoko Pekik Irianto. Ia berharap lewat BTN ini, Erick Thohir mampu membawa sepak bola Indonesia mendunia ke depan.
Salah satu cara menduniakan sepak bola Indonesia, kata Prof. Djoko Pekik adalah semua program kerja disusun secara baik dan benar-benar bagus.
“Kembali pada konsep yang akan dibangun oleh Pak Erick, tentu pesan kita adalah Pak Erick harus mampu menduniakan sepak bola Indonesia, jadi poin saya adalah menduniakan sepak bola Indonesia waktunya kapan? Tentu harus disusun skema yang betul-betul proper bagus,” kata Prof. Djoko Pekik kepada wartawan, Minggu (19/3).
Dikatakan mantan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora ini, pengurus PSSI baru yang dipimpin Erick Thohir ini boleh saja mengadopsi sistem terdahulu, termasuk misalnya membentuk BTN atau membentuk program yang lain tetapi tetap perlu data evaluasi dari hal yang sudah ada sebagaimana program BTN yang sempat ada di PSSI namun kembali dibekukan.
“Misalnya BTN dulu sudah ada, kenapa dibekukan apakah efektif atau tidak? Itu pertanyaan yang harus dijawab oleh Pak Erick dan jajarannya itu satu. Yang kedua pertanyaannya adalah apakah dengan kepengurusan PSSI sekarang itu belum cukup, sehingga harus membentuk BTN? kalau memang dianggap belum cukup kemudian nanti akan membentuk BTN silakan saja,” ujarnya.
Prof. Djoko Pekik mendorong pembentukan BTN oleh Erick Thohir harus ditangani oleh orang-orang yang punya basis keilmuan yang mumpuni, hingga perlu mengedepankan pendekatan saintis yang memahami betul cabang olahraga sepak bola.
“Maksud saya apapun cabangnya, apalagi sepak bola itu mau tidak mau harus mengedepankan pendekatan saintis, jadi sebuah sains itu betul-betul harus dilakukan diimplementasikan dari lini lapis paling bawah dalam konteks pemanduan, maka pembinaan usia muda, junior, senior itu harus dikerahkan tidak sekedar hanya slogan,” ucapnya.
“Barangkali kalau dengan membentuk tim apapun namanya, kalau tim misalnya BTN itu kan pasti nanti kewenangannya ada di pengurus PSSI, utamanya ada di Ketum sehingga kalau nanti dibentuk tim BTN itu libatkan semua hal, semua bidang yang terkait dengan upaya bagaimana tadi yang saya sebut, menduniakan sepak bola Indonesia,” tambahnya.
Lanjut Prof. Djoko Pekik, perlu keterlibatan para ilmuwan atau akademisi yang benar-benar memahami sepak bola sehingga berdampak baik ke depan. Apalagi, penunjukan para ilmuwan yang dinilai memiliki kemampuan ini adalah langsung dari Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI.
“Maksudnya begini, jangan sampai nanti pembentukan BTN itu hanya merupakan suatu bentuk alih fungsi, dalam arti begini luar biasa heboh sehingga gak bisa melaksanakan semua kegiatan termasuk reformasi yang fundamental sehingga di geser fungsinya ke BTN, saya tidak mau itu gitu. Tetapi keberadaan BTN betul-betul sebagai tangan untuk eksekusi dari berbagai program yang dibuat oleh Pak Erick dan jajarannya,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, salah satu alasan Erick Thohir menghidupkan BTN adalah untuk melakukan pembinaan usia muda secara berjenjang, karena program pembinaan usia muda selama ini tidak berjalan dengan baik, padahal di Indonesia banyak sekali sekolah sepak bola (SSB) tapi tidak mampu menghasilkan talenta muda yang berbakat.
“Selama ini menurut saya belum berjalan dengan baik hanya berbicara soal kuantitas, banyak-banyakan SSB tetapi benefitnya yang tak efektif, karena pengelolaan SSB kayak gitu aja,” ungkapnya
Dikatakan Prof. Djoko Pekik, BTN ini perlu menyusun suatu manajemen yang memiliki standar kualitas yang bagus dan ditopang dengan peta jalan atau rencana jangka panjang pengembangan sepak bola, terutama pada asepek pembinaan.
Sehingga salah satu tugas PSSI nanti adalah membuat suatu peraturan organisasi atau apa yang terkait dengan standarisasi manajemen usia muda dari aspek pelatihnya, kurikulumnya, kemudian kompetisi berjenjang.
“Itu harus menjadi bagian tugas utama dari Pak Erick dan kawan-kawan untuk pembinaan usia muda,” paparnya.
Prof. Djoko Pekik pun mengakui, kompetisi usia muda di Indonesia sekarang terabaikan karena PSSI hanya mengurus yang elit dan usia muda terabaikan, meski ada kompetisi piala Danone dan liga Kompas.
“Tapi itu kan seolah-olah terpecah-pecah, bukan berarti nggak boleh ya, boleh ada liga Danone, Kompas tetapi berada dalam satu sistem yang dikendalikan oleh PSSI,” paparnya.
Lebih jauh Prof. Djoko Pekik menyatakan, optimis dengan keseriusan Erick Thohir dalam menghidupkan kembali program BTN akan ditangani oleh orang-orang yang tepat, maka target Indonesia lolos ke Piala Dunia tahun 2040 akan terealisasi asalkan sungguh-sungguh membenahi sepak bola Indonesia.
“Secara sungguh-sungguh tidak sekedar pada finance oriented atau orientasi-orientasi yang lain, tetapi betul-betul kita bertekad untuk bagaimana menduniakan sepak bola Indonesia dengan segala sistem yang ada, saya kira mampu bisa (lolos piala dunia 2024-red),” yakinnya.
Lebih lanjut Prof. Djoko Pekik pun mengingatkan Erick Thohir agar tidak mengulang kebiasaan pengurus lama yang suka melakukan naturalisasi pemain. Pasalnya, langkah naturalisasi ini sudah seperti program rutin di kepengurusan PSSI sebelumnya, dan pada akhirnya talenta-talenta muda Indonesia terabaikan.
“Dan lagi begini, tidak usahlah kita mengandalkan naturalisasi, ya boleh tetapi hanya invest sesaat saja. Jangan digunakan sebagai suatu program yang tersistem, itu hanya untuk setting stone aja misalnya bagaimana agar 2020 karena waktunya mendesak, kita menjadi tuan rumah word cup U-20, terus kita ngambil naturalisasi ITS oke lah,” paparnya.
“Tetapi kedepan, sudah tidak boleh lagi lah yang kayak gitu short term jangan lah kita harus pakai long term lah,” tutupnya.