JawaPos.com–Puluhan personel dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menyukseskan program Pulau Bawean bebas penyakit katarak. Salah satunya yang dialami satu keluarga di Kepulauan Bawean, Gresik.
Mereka menderita sakit mata katarak dan mendapatkan perawatan kesehatan mata berupa operasi. Kegiatan yang diberi nama Membuka Lentera Bawean itu bekerja sama antara Unusa dengan Eyelink Foundation.
Tim pengabdian kepada masyarakat Unusa Fifin Kombih mengungkapkan, tim Unusa dan Eyelink Foundation telah melakukan observasi dan pemeriksaan awal. Terdapat 296 orang menderita Katarak, 90 orang menderita pterigium, dan 135 penderita kelainan refraksi.
”Ratusan orang ini mendapatkan operasi sejak 6–11 Februari. Terdapat satu keluarga yang mengalami katarak,” ungkap Fifin Kombih di Klinik Pratama Unusa Kampus A.
Fifin menambahkan, relawan Unusa yang berangkat ke Bawean yakni dosen Unusa, dokter muda FK Unusa, dan mahasiswa keperawatan Unusa. Para dosen dan dokter yang berangkat sekaligus untuk melakukan pengabdian masyarakat demikian juga dengan para mahasiswanya.
”Unusa mengirimkan 2 tim dalam 2 tahap bakti sosial. Ini sebagai bentuk kerja sama Unusa sebagai perguruan tinggi NU dalam memperingati satu abad NU. Kami bersyukur dapat bersama-sama asosiasi dan lembaga terkait serta Eyelink Foundation dapat berkontribusi untuk masyarakat yang memang masih dapat disembuhkan atas kebutaan mereka diderita,” terang Fifin Kombih.
Rektor Unusa Achmad Jazidie mengungkapkan, kegiatan itu merupakan kelanjutan kerja sama antara Unusa dengan Eyelink Foundation. MoU yang ditandatangani itu tidak hanya untuk Bawean tapi bakal dilakukan di Jatim.
”Unusa akan support kegiatan dalam kegiatan Indonesia Bebas Kebutaan yang diinisiasi Eyelink Foundation. Unusa akan menerjunkan mahasiswa perawat dan para dokter muda dan dosen sebagai bagian dari proses pembelajaran,” tutur Achmad Jazidie.
Jazidie menambahkan, kerja sama itu bagian dari keikutsertaan Unusa sebagai perguruan tinggi NU dalam memperingati satu abad NU.
”Kami bersyukur dapat bersama-sama asosiasi dan lembaga terkait serta Eyelink Foundation dapat berkontribusi untuk masyarakat yang memang masih dapat disembuhkan atas kebutaan mereka diderita,” ucap Achmad Jazidie.
Sekretaris Kecamatan Tambak Sipadi berharap program itu dapat dirasakan seluruh warga Tambak. Khususnya yang menderita gangguan penglihatan.
Apresiasi juga diungkapkan Kepala Puskesmas Sangkapura Diki Syaiful Umami. ”Semoga program ini dapat terus berlanjut mengingat sulitnya akses masyarakat Bawean untuk dapat berobat ke daratan Gresik,” kata Diki Syaiful Umami.
Tim dokter mata Eyelink Foundation Fitri Romadhiana menjelaskan, saat pelaksanaan baksos ditemukan satu keluarga yang mengalami katarak. Bahkan 2 orang anak dari keluarga tersebut mengalami katarak karena faktor keturunan (Katarak Kongenital).
”Umurnya masih 13 tahun sehingga dia menjadi pasien termuda pada baksos kali ini. Untuk adiknya yang berumur 5 tahun tidak bisa kami tangani karena memerlukan prosedur bius total yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit,” terang Fitri.
Founder Eyelink Foundation Uyik Unari menyampaikan, pasca operasi tajam penglihatan atau visus dari warga Bawean sangat bagus. Mereka yang sebelumnya tidak bisa melihat sekarang bisa beraktivitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Baksos itu akan diadakan sepanjang tahun 2023 dan telah dimulai untuk tahap awal pada 6-11 Februari.