JawaPos.com–Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyambut baik rencana pemerintah pusat mereplikasikan program digital penanganan stunting. Penerapan penanganan stunting digital skala nasional, akan menjadi kekuatan besar dan berdampak baik untuk masyarakat.
”Karena penggunaan digital web service (pelayanan berbasis website) ini kan menggunakan uang negara. Ketika dilebur menjadi satu, kami akan lebih bahagia lagi,” kata Eri saat menerima kunjungan Senior Nutrition Specialist World Bank, Asisten Deputi Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden (Wapres), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB), serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Program Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam penanganan stunting salah satunya adalah aplikasi Sayang Warga. Aplikasi tersebut, digunakan untuk mendata warga miskin yang membutuhkan intervensi dari pemerintah.
Mulai dari intervensi untuk balita gizi buruk, stunting, rumah tidak layak huni, pengangguran, lansia, dan sebagainya. Eri menyampaikan, tanpa web service, pemkot tidak akan bisa memberikan bantuan tepat sasaran hingga ke level bawah.
”Ketua RT itu tahu jumlah bayi stunting dan gizi buruk di Kota Surabaya. Bahkan aplikasi Sayang Warga juga terkoneksi dengan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memantau calon pengantin hingga mereka memiliki anak,” ujar Eri.
Wali Kota yang akrab disapa Cak Eri itu menyambut baik, jika Surabaya dijadikan sebagai tempat uji coba kebijakan pemerintah pusat lainnya.
”Kami siap menjalankan, apabila Surabaya dijadikan sebagai laboratorium pemerintah pusat. Kami yakin, gizi buruk dan stunting itu akan hilang, ketika kemiskinan itu juga hilang,” ujar Eri.
Sementara itu, Asisten Deputi Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wapres Abdul Muis mengatakan, program yang telah dijalankan di Kota Surabaya sudah sangat luar biasa. Terutama program percepatan penurunan stunting, yang kini melampaui target hingga 4,8 persen pada 2022.
Menurut data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, prevalensi angka stunting di Kota Pahlawan menurun secara signifikan. Pada 2021, prevalensinya mencapai 28,9 persen (6.722 balita), pada 2022 signifikan menurun hingga ke angka 4,8 persen (923 balita).
”Kita melihat program yang dijalankan di Surabaya sangat luar biasa. Salah satu kegiatan yang patut dicontoh adalah Posyandu Prima, yang memberikan pelayanan secara komprehensif dan holistik integratif dengan didukung aplikasi dari Pak Wali,” kata Muis.
Angka stunting di Kota Surabaya terus menurun hingga saat ini. Dari 923 pada akhir 2022, kembali terjadi penurunan jumlah kasus stunting pada Januari 2023 mencapai 889. Sedangkan pada pertengahan Februari, jumlah kasus terus menurun mencapai angka 867 kasus stunting.
Muis mengungkapkan, data yang didapat RT dan Kader Surabaya Hebat (KSH) itu, dapat dimanfaatkan kelurahan, kecamatan, hingga ke tingkat kabupaten/kota, untuk digunakan percepatan penurunan stunting. Aplikasi Sayang Warga yang digagas wali kota, sangat efektif untuk mengurangi masyarakat miskin, sehingga terbebas dari stunting.
”Kami dari pemerintah pusat sangat mengapresiasi Pak Wali, mohon program ini tetap dilanjutkan dan dijaga supaya kesehatan masyarakat tetap bagus dan menjadikan anak-anak kita lebih sehat, serta menyejahterakan warga,” ungkap Abdul Muis.
Senior Nutrition Specialist World Bank Anne Provo menambahkan, kebijakan Wali Kota Eri Cahyadi sejalan dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat. Salah satunya, adalah komunikasi perubahan perilaku (KPP) yang diterapkan dalam percepatan penurunan stunting.
Dia memuji kepemimpinan Cak Eri Cahyadi yang mengedepankan gotong royong dalam percepatan penurunan stunting di Surabaya. Bukan hanya gotong royong bersama kader dan warga, akan tetapi juga dengan stakeholder.
”Di dalam KPP itu salah satunya ada Posyandu Prima yang di dalamnya terdapat berbagai unsur. Yaitu memperkuat bimbingan pranikah hingga ibu hamil dan menyusui,” tambah Anne.