JawaPos.com – Polisi menembakkan gas air mata ke ribuan suporter di luar Stadion Jatidiri, Semarang, yang memaksa masuk untuk menyaksikan laga Liga 1 antara PSIS Semarang dan Persis Solo kemarin (17/2). Padahal, derbi Jawa Tengah tersebut dihelat tanpa penonton.
“Diingatkan berkali-kali, bahkan ada lemparan ke arah petugas, itu juga sudah diingatkan. Ketika semakin brutal serangan terhadap petugas, barulah tahapan tembakan gas itu diluncurkan,” kata Kapolrestabes Semarang Kombespol Irwan Anwar seperti dilansir Jawa Pos Radar Semarang.
Tembakan itu, lanjut Anwar, diarahkan ke luar pagar stadion tempat para suporter berkumpul. “Estimasi massa tadi (kemarin, Red) perkiraan 1.500, bahkan lebih,” bebernya.
Laga PSIS versus Persis pun sempat dihentikan pada menit ke-73 karena insiden yang terjadi di luar stadion tersebut. Efek gas air mata di luar stadion masuk sampai ke dalam sehingga mengganggu jalannya pertandingan. Jawa Pos Radar Semarang melaporkan, pertandingan yang berakhir 1-1 itu terhenti selama sekitar 10 menit.
Pelatih Persis Leonardo Medina yang turut merasakan efek gas air mata meminta semua pihak di sepak bola Indonesia sadar diri. Bahwa ada aturan yang harus ditegakkan dan dilaksanakan.
“Ini bukan perang, lawan bukanlah musuh. Kamu lihat di lapangan tadi (kemarin), semua pemain berteman, saling berpelukan, dan berpegangan tangan,” tegasnya.
Kericuhan antara ribuan orang di luar stadion yang diduga suporter PSIS dengan polisi tersebut terjadi di pintu utama dan pintu sebelah timur. Lemparan-lemparan dari suporter kemudian berbalas gas air mata yang kemudian membuat insiden tersebut berakhir.
Menurut Anwar, sudah ada technical meeting sebelum pertandingan dihelat yang menghasilkan kesepakatan bahwa derbi Jawa Tengah tersebut dihelat tanpa penonton. “Apa pertimbangannya? Dari sisi security, aspek keamanan kita punya sejarah dengan Solo. Pada saat pertandingan ke Solo kemarin, suporter Semarang mengalami penyerangan ketika kembali dari pertandingan,” kata Anwar.
Peristiwa itu, lanjut Anwar, menjadi pemicu diambilnya keputusan tersebut. “Muncul suara-suara di kalangan suporter di Semarang akan melakukan balasan,” ungkapnya.
Anwar membeberkan, sebelumnya ada opsi suporter Persis bakal hadir dengan ketentuan sebanyak 1.000 orang. Namun, pihak suporter Solo minta kuota tersebut ditambah.
Selain itu, suporter dari Solo berencana berangkat ke Semarang mengendarai sepeda motor. “Inilah yang menjadi pertimbangan kami. Selanjutnya pertimbangan lain saat pertandingan Semarang melawan Persib Bandung, itu pintu stadion ini dibobol oleh adik-adik suporter yang ada di Kota Semarang,” bebernya.
Untuk insiden kemarin, Anwar menyebut ada desakan dari penonton yang ingin masuk ke dalam stadion untuk menyaksikan pertandingan. Petugas telah menyampaikan bahwa pertandingan berlangsung tanpa penonton.
“Kemudian penonton yang hadir tidak satu pun memiliki tiket. Itu juga yang menjadi pertimbangan mengapa kemudian kita melakukan penyekatan,” jelasnya.
Sementara itu, Puji, security official panpel, menyayangkan kejadian tersebut. Dia mengaku telah melakukan berbagai tahapan sebelum digelarnya pertandingan. Termasuk berkoordinasi dengan petugas keamanan dan pihak suporter Semarang dan Solo sebelum hari H.
Tentang keluarnya izin tanpa penonton tersebut pun, lanjut Puji, sudah diinformasikan kepada pihak suporter PSIS dan Persis. Mereka diimbau untuk tidak datang ke lokasi pertandingan.
Dikontak Jawa Pos secara terpisah, Dony Kurniawan, perwakilan Extreme Boys (Ultras PSIS), mengaku kecewa dengan penembakan gas air mata dari polisi. Hal itu menunjukkan tidak adanya pembelajaran atas tragedi Kanjuruhan yang menelan 135 nyawa.
Padahal, kata Dony, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sempat menegaskan tidak akan ada penggunaan gas air mata dalam pengamanan pertandingan sepak bola di Indonesia. Itu sesuai dengan Peraturan Kepolisian (Perpol) Nomor 10 Tahun 2022. “Semoga ke depannya tidak ada hal-hal seperti ini yang merugikan kita semua,” harapnya.