JawaPos.com–Dalam perhelatan Satu Abad NU yang digelar PAN di Surabaya hadir Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Ketika sambutan, Gus Yahya mengatakan, NU dan Muhammadiyah bisa rukun di Indonesia. Sebab, keduanya memiliki perasaan saudara sebangsa.
”Muhammadiyah dan NU berbeda di negara lain seperti Sunni-Syiah atau Wahabi-Non Wahabi. Yang tidak pernah rukun padahal sama-sama Islam,” papar Gus Yahya.
”NU ngotot secara tegas menolak politik identitas. Kita tidak mau masuk kompetisi politik yang hanya melulu membela identitas-identitas. Ini karena mengarah argumen yang irasional,” tambah dia.
Gus Yahya juga menyampaikan, saat ini PAN lebih rasional. Dia menuturkan, PAN berhasil mentransformasikan diri sebagai partai yang lebih rasional. Jika dulu PAN dianggap partai dari orang Muhammadiyah, sekarang PAN lebih terbuka.
”Nggak ada di PAN itu drama pencurian partai, kan nggak ada itu. Tapi saya kan nggak boleh kampanye untuk mencoblos PAN, karena memang saya bukan kader PAN,” ucap Gus Yahya.
Sebelumnya, PAN menghelat simposium nasional Satu Abad NU di Sheraton, Surabaya. Ketum PAN Zulkifli Hasan mengatakan, acara tersebut sebagai upaya duduk bersama antara Muhammadiyah dan NU. Menteri Perdagangan (Mendag) itu menyatakan, duduk bersama bukan berarti harus sama.
”Menghadapi perubahan dunia yang cepat, penting sekali untuk bersatu. Kita duduk bareng tidak lagi mempermasalahkan cebong-kampret,” ujar Zulhas.