JawaPos.com – Film Waktu Maghrib secara mengejutkan ditonton oleh banyak orang sejak tayang perdana di seluruh bioskop tanah air pada 9 Februari 2023 lalu. Perolehan penonton film ini konsisten di angka rata-rata 80-90 ribu setiap harinya, bahkan tidak bergeser kendati film Ant-Man and the Wasp: Quantumania tayang.
Film Waktu Maghrib bisa dibilang mengejutkan ditonton banyak orang karena tidak melibatkan pemain dengan nama besar. Film ini diperkuat oleh Ali Fikry, Bima Sena, Nafiza Fatia Rani, Andri Mashadi, Taskya Namya, dan lain-lain. Selain itu, ini juga merupakan film pertama dari sutradara Sidharta Tata.
Sang sutradara tentu sangat gembira film garapannya ini disukai oleh banyak orang. Dia pun mengaku cukup surprise karena sejak awal tidak pernah menyangka film Waktu Maghrib akan mendapatkan apresiasi sedemikian besar ini dari publik.
“Senang, mengucap syukur ternyata diapresiasi oleh banyak orang word of mouth jalan. Jadi yang nonton merasa senang, sehingga mereka mengabarkan ke penonton yang lain untuk menonton. Itu rantai yang tidak putus. Saya bahagia atas fenomena ini,” kata Sidharta Tata kepada JawaPos.com, Sabtu (18/2).
Film Waktu Maghrib yang akan mendapatkan jumlah penonton besar mulai terlihat sejak hari pertama penayangannya. Ia berhasil mengumpulkan angka 60 ribu penonton di hari pertama. Film ini unggul jauh atas film Gita Cinta dari SMA yang dibintangi Prilly Latuconsina di hari pertama yang hanya mengumpulkan angka 21 ribu penonton.
“Tadi pagi yang masuk datanya, film Waktu Maghrib sudah ditonton sebanyak 790 ribu. Kalau melihat tren, saya optimis sampai hari Senin akan tembus 1 juta penonton,” tutur Sidharta Tata.
Film Waktu Maghrib menceritakan tentang Adi, Saman, dan Ayu yang tinggal di Desa Jatijajar, sebuah desa terpencil di Jawa Tengah. Harus membantu keluarga di ladang, Adi dan Saman sering terlambat masuk sekolah. Keduanya pun sering dihukum oleh Bu Woro, guru mereka yang disiplin dan galak.
Suatu ketika, kekesalan Adi dan Saman terhadap Bu Woro memuncak. Mereka pun menyumpahi Bu Woro agar mati. Siapa sangka, sumpah yang terucap bersamaan dengan kumandang azan Maghrib itu benar-benar kejadian. Bu Woro meninggal dunia secara mengenaskan.
Sejak saat itu, Adi dan Saman mengalami teror supernatural mengerikan. Hadir mahluk halus misterius berseragam guru persis seperti yang dikenakan Bu Woro saat tewas. Teror itu tidak hanya mengancam fisik, namun juga membahahayakan jiwa mereka.