Sekolah itu berat dan menyiksa? Itu mitos bagi Erna Setiyaningrum. Sejak kecil, cita-citanya adalah bisa kuliah walau orang tuanya bukan orang berada. Mimpi itu ternyata berhasil diraih sampai tiga kali meraih gelar doktor. Ini kisah di balik deretan gelar miliknya: Dr Erna Setiyaningrum SST, SE, MM, MA, MPdk, MKes, MThDCL, DMin
RETNO DYAH AGUSTINA, Surabaya
CITA-CITA kuliah Erna tak langsung terkabul meski usianya sudah cukup. Perjalanan pendidikannya dimulai dari sekolah perawat kesehatan (SPK). ”Dulu mampunya hanya itu. Bapak pangkatnya rendah dan ibu tidak bekerja,” kenangnya. Dia mengikuti program jurusan bidang selama satu tahun dan segera diangkat jadi pegawai negeri sipil (PNS) pada usia 19 tahun. Dia kemudian bekerja selama tiga tahun di perbatasan Mojokerto–Sidoarjo.
”Saya masih ingin kuliah. Jadi, setelah lahir anak ketiga, saya mulai cari cara,” tuturnya.
Walau masih terkendala biaya, Erna merasa ada saja jalan untuk menggapai mimpi. Statusnya sebagai lulusan SPK ternyata sudah setara dengan SMK di awal 2000-an. Dia kemudian 1idi mengikuti program D-3 jurusan kebidanan. Sejak itu, semangatnya makin membuncah.
”Setelah melepas PNS dan mulai sekolah, saya masih merasa waktu luang terlalu banyak. Akhirnya, saya cari kegiatan lain,” tuturnya saat dihubungi kemarin (16/2).
Pekerjaan menawarkan produk juga dilakukan oleh Erna. Hal itulah yang kemudian secara tidak langsung, mendorong Erna mengambil S-1 bidang manajemen. ”Selain karena ada waktu untuk belajar, jurusan itu kan 1idi dipelajari dari awal ya,” kenangnya.
Pada 2010, Erna resmi menyelesaikan penambahan satu tahun untuk diplomanya menjadi D-4 dan S-1 manajemen. Gelar-gelar pertamanya itu hanya awalan. Dia seakan kecanduan sekolah.
”Belajar itu hobi kok!” tutur ibu tiga anak itu.
Perjalanan kuliah Erna kemudian dilanjutkan dengan lima magister. Yakni, magister manajemen (MM), master of arts dalam bidang teologi (MA), magister pendidikan agama Kristen (MPDK), magister kesehatan (Mkes), dan magister teologi (MThDCL).
Namun, pengajar STT Institut Injil Indonesia Batu mendorong dia pindah jalur ke teologi. ”Jadi nambah setahun, tapi jadinya beda gelar,” kenangnya, kemudian tertawa.
Kini Erna juga sudah mengantongi tiga gelar doktor. Doktoral pertama diraih Erna lewat S-3 vokasional bidang pelayanan kekristenan di STT Bethany pada 2014–2016. Kedua, gelar 1iding1l miliknya diraih lewat Jurusan Kepemimpinan Kristen STT Kadesi Jogjakarta pada 2017–2019. Terakhir, dia berhasil menyelesaikan 1iding terbuka S-3 di Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
Perjalanan Erna tak selalu mulus. Dia pernah mengidap kanker tiroid yang kemudian menghambat pekerjaan dan keinginannya belajar. ”Saat itu ada kesempatan sekolah di luar negeri. Tapi, tidak terwujud karena penyakit,” kenangnya.
Tapi, sekolah justru jadi penawar baginya. ”Kalau dipakai belajar itu malah pengalih rasa sakit. Karena fokus belajar,” tuturnya.