JawaPos.com – Juara MotoGP Indonesia Miguel Oliveira menyebut akhir pekan ini ”emotional roller coaster”. Sedangkan Pol Espargaro menganggapnya ”up and down weekend”.

Dua frasa berbeda dengan arti yang sama itu memang pas untuk menggambarkan kembalinya balapan kelas premium tersebut ke tanah air setelah 25 tahun absen.

Setelah melalui drama demi drama, akhirnya balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), happy ending kemarin (20/3).

Tanpa insiden berarti, tanpa kecelakaan berat.

Penonton yang harus menunggu dua jam lantaran start ditunda akibat hujan lebat bisa pulang dengan membawa memori menyenangkan. Andai saja hujan tak reda satu jam kemudian, sudah pasti balapan akan dibatalkan.

Sebab, mustahil menggelar balapan malam hari di Sirkuit Mandalika.

Bisa dibayangkan betapa kecewanya Bambang Hermansyah dari Sidoarjo, misalnya, yang mengendarai motor dari rumah, lalu menumpang kapal dari Tanjung Perak, Surabaya, selama 19 jam untuk bisa sampai ke Lombok.

Atau keluarga Wahyu yang berkendara mobil dari Jombang dan terpaksa mengantre enam jam di Pelabuhan Padang Bai ”hanya” untuk bisa masuk ke kapal feri menuju Pelabuhan Lembar, Lombok.

Penonton berduyun-duyun melewati terowongan Sirkuit Mandalika menuju tribun. (Candra Kurnia/Jawa Pos)

Semuanya mengisahkan perjuangan mereka kepada Jawa Pos tanpa mimik lelah. Yang penting bisa menonton MotoGP.

Itu hanya setitik dari sebegitu banyak kisah heroik lain fans MotoGP Indonesia yang sudah menahan rindu seperempat abad untuk menyaksikan aksi-aksi menegangkan para penunggang kuda besi paling masyhur sedunia.

Dan, kemarin kerinduan itu terbayar lunas.

Bahkan, ketika menunggu start yang tertunda, penonton mendapat tontonan bonus ”aksi teatrikal” Istiati Wulandari atau yang akrab disapa Rara yang berjuang memindahkan hujan.

Sebuah tontonan yang tidak pernah ada dalam sejarah MotoGP.

Rara terlihat berjalan mengelilingi lintasan sirkuit. Dia membawa bejana terbuat dari kuningan. Dia memukul-mukul kendi sambil berjalan.

Kontan saja kondisi itu memantik perhatian penonton dan para pembalap. ”Saya melakukan pengalihan hujan supaya tidak turun di sirkuit,” kata Rara kepada wartawan kemarin (20/3).

Ritual yang dilakukannya bertujuan untuk  menggeser hujan ke sisi selatan dan utara. Sehingga tidak turun di arena sirkuit.

Menurut dia, apa yang dilakukannya sudah disetujui panitia. ”Atasan saya di sini Pak Erick Thohir dan Pak Jokowi. Saya lakukan agar acara ini aman,” katanya.

Aksi Rara Isti Wulandari saat berupaya meredakan hujan di Sirkuit Mandalika. (Candra Kurnia/Jawa Pos)

Pantauan Jawa Pos kemarin memperlihatkan sejumlah peralatan yang dipakai Rara untuk beraksi. Dia membakar setumpuk kayu hingga asapnya membubung ke angkasa. Di tengah-tengah api tampak beberapa batang es batu.

Ada juga kolam yang dikelilingi beberapa sesajen. ”Kita bersyukur sekarang hujan sudah reda,” ujar perempuan itu.

Untuk melaksanakan tugasnya, Rara mengaku digaji Rp 5 juta. Dia bekerja sejak 1 Maret hingga hari ini (21/3).

Artinya, selama 21 hari bekerja, dia bisa mengantongi Rp 105 juta.

Bagi fans, yang mereka inginkan hanyalah tontotan yang seru dari adu kebut pembalap-pembalap MotoGP beradu siku dan lutut di atas lintasan. Tapi, untuk bisa menyajikannya dengan ”sempurna”, itu sama sekali tidak mudah.

Investasi Rp 3,6 triliun untuk membangun sebuah sirkuit baru ternyata hasilnya mengecewakan rider-rider MotoGP saat mereka mengujinya pada tes pramusim bulan lalu.

Alhasil, ITDC sebagai pemilik sirkuit harus mengaspal lagi sebagian lintasan yang tentu saja mengeluarkan dana tambahan.

Selama akhir pekan balapan kemarin, komplain pembalap tentang banyaknya kerikil yang terlontar akibat dihajar ban motor MotoGP atau aspal yang mengelupas sudah berkurang. Tapi, tetap ada.

”Aku rasa mereka (pengelola) harus mengaspalnya lagi semuanya. Dan, saya dengar memang itu yang akan mereka lakukan setelah ini,” ungkap pembalap Suzuki Ecstar Alex Rins seusai balapan kemarin.

Bahkan, di tengah balapan kemarin, Rins mengaku masih terkena banyak lontaran kerikil ketika membalap di belakang rider lain.

Wakil Direktur MGPA Cahyadi Wanda menyebutkan, keputusan untuk mengaspal ulang seluruh atau sebagian lintasan masih menunggu evaluasi Dorna dan FIM setelah perhelatan MotoGP ini.

Yang pasti, Jumat (18/3) lalu Sirkuit Mandalika telah mendapatkan status grade A dan dianggap layak untuk menyelenggarakan MotoGP. ”Nanti kita tunggu catatan setelah race,” kata Cahyadi.

Sumber Jawa Pos menyebutkan, pengaspalan ulang dari tikungan 16,5 sampai tikungan 5,5 adalah solusi temporer. Yakni, hanya untuk pergelaran MotoGP Indonesia.

Setelah itu, rencananya dilakukan pengaspalan total dengan mengikuti standar FIA. Targetnya adalah menyelenggarakan Formula 1 di Sirkuit Mandalika.

Pada dasarnya, sebaik apa pun sirkuit dibangun jika tidak sering dilintasi akan lebih mudah rusak. Karena itu, perlu juga digelar event atau kegiatan lain yang memungkinkan sirkuit tersebut digunakan secara berkala.

Menyaksikan begitu militannya penonton di Sirkuit Mandalika sepanjang akhir pekan kemarin sudah semestinya ITDC dan MGPA menyadari bahwa ada begitu banyak rakyat Indonesia yang akan sangat bahagia jika MotoGP terlaksana dengan baik, terjangkau, dan mudah diakses.

Mengingat masih banyak juga sejumlah proyek infrastruktur di sekitar sirkuit yang harus diselesaikan.

Mengulang harapan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno: ”Jangan sampai orang kapok nonton MotoGP di Lombok.”

By admin