Telaga Ngebel dan Mloko Sewu merupakan dua objek wisata yang jadi ikon Ponorogo. Namun, pandemi membuat destinasi-destinasi itu terpuruk. Kini seiring makin longgarnya aktivitas publik, termasuk pariwisata, geliat dua destinasi itu makin terasa.

PANDEMI Covid-19 yang menghantam hampir semua belahan dunia bak palu godam. Pukulannya begitu dahsyat hingga melumpuhkan berbagai aktivitas publik. Tak terkecuali sektor pariwisata yang harus ditutup.

Kondisi tersebut juga dialami Telaga Ngebel, destinasi yang menjadi andalan bagi Ponorogo. Mulai awal 2020 hingga tahun lalu, geliat pariwisata di objek wisata tersebut menurun drastis.

Bahkan, selama 2021, telaga yang terletak di Kecamatan Ngebel itu praktis hanya buka selama empat bulan. Mulai Januari hingga April. Selebihnya ditutup total.

Efeknya pun bak karambol. Tak hanya membuat penghasilan daerah dari sektor pariwisata melorot, warga yang menggantungkan hidup dari sektor tersebut juga terimbas. Para pemilik penginapan, pengelola rumah makan, pedagang pasar maupun kaki lima, hingga pengusaha speedboat harus legawa akibat pendapatan yang anjlok.

Pada awal 2022, angin segar mulai menghampiri seiring pelonggaran aktivitas masyarakat. Destinasi pelancongan andalan Bumi Reog tersebut diperbolehkan untuk kembali beroperasi.

Efeknya mulai terasa. Aktivitas pariwisata di Ngebel kini berangsur pulih. Jumlah pengunjung terus bertambah. Bahkan, sejak awal tahun hingga kini, lonjakannya cukup drastis. Pemicunya adalah durian.

Ya, di Ngebel hampir seluruh penduduknya membudidayakan durian. Saat ini sudah masuk masa panen. Fase itulah yang sudah dinanti-nanti wisatawan yang juga penggemar durian. ’’Seperti sebelum pandemi, peningkatan pengunjung turut dipengaruhi musim panen durian,’’ kata Koordinator Lapangan Telaga Ngebel Disparbudpora Ponorogo Dwi Santoso.

Para wisatawan terus mengalir ke Ngebel untuk mencicipi durian khas kawasan tersebut, terutama durian kanjeng. Dagingnya yang lembut dengan perpaduan rasa manis-pahit membuat durian asli Desa Ngrogung itu jadi salah satu objek buruan.

Objek lain yang juga mulai menggeliat adalah Mloko Sewu. Aktivitas pariwisata di destinasi yang tak jauh dari Telaga Ngebel itu sudah terasa. Para pengunjung mulai berdatangan. Meskipun, jumlahnya belum pulih seperti masa sebelum pandemi. ’’Musim hujan yang belum berakhir turut memengaruhi tingkat kunjungan. Cuaca tidak menentu,’’ kata pengelola Mloko Sewu Fery Andrianto.

Namun, Fery optimistis tahun ini sektor pariwisata kembali tumbuh. Termasuk di wilayah Ponorogo. ’’Kami siapkan juga pengembangan demi makin menarik wisatawan untuk berkunjung,’’ ungkapnya.

Mloko Sewu sebenarnya merupakan destinasi yang potensial. Pengunjung bisa menikmati sensasi baru di sana. Salah satunya, menikmati lanskap Telaga Ngebel dari atas bukit. Juga, menyaksikan indahnya matahari yang terbenam di sisi barat telaga.

Di Mloko Sewu, terdapat berbagai fasilitas yang dapat dinikmati wisatawan. Selain taman yang asri dan sejuk, wisatawan bisa berswafoto di spot-spot yang telah disiapkan.

Menuju Perpaduan Ngebel Bernuansa Bedugul

SEIRING kembali dibukanya aktivitas wisata, pengelola Telaga Ngebel sedang bersolek habis-habisan. Konsepnya mengadopsi pengembangan yang dilakukan di Danau Beratan, Bedugul, Bali.

Salah satunya, merelokasi kawasan usaha di seputar telaga agar lebih eye-catching. ”Konsepnya tematik dan unik. Gerai tempat berdagang bakal terlihat lebih representatif,’’ kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo Judha Slamet Sarwo Edi.

Meski tidak membeberkan detail konsep yang diusung, Judha menyebut warung-warung itu bakal disulap dengan tampilan gerai kekinian. Desain tampilannya pun tematis. Misalnya, menyuguhkan tema reog atau durian.

”Di sepanjang bibir telaga sebelah selatan itu masih banyak tenda, nanti ditata tematik yang unik,’’ ujarnya.

Lewat revitalisasi tersebut, pamor pariwisata di Telaga Ngebel ditargetkan naik level. Tak hanya mengerek kunjungan wisatawan, tapi juga berpotensi menarik kedatangan investor.

Relokasi diperkirakan lancar karena tak ada penolakan dari warga. Pemkab telah berkoordinasi dengan Perhutani selaku pemilik lahan yang bakal direlokasi. Pendekatan persuasif kepada pedagang juga berjalan lancar. ”Saya bermimpi investor di Ngebel ini terus berdatangan,’’ tutur Judha.

Tidak hanya wajah kawasan Telaga Ngebel, akses transportasi ke destinasi andalan Ponorogo itu juga tak luput dari pengembangan. Rencananya, Subterminal Sahang dihidupkan kembali. Tujuannya, mengakomodasi kebutuhan transportasi wisatawan.

Rencananya, subterminal itu punya trayek hingga tembus Dolopo, Kabupaten Madiun. ”Konsep penataan Telaga Ngebel kami adopsi dari pengembangan Danau Beratan, Bedugul, di Bali,’’ jelasnya.

GELIAT TELAGA NGEBEL PASCA DIBUKA

Sejak dibuka pada awal 2022, Telaga Ngebel membukukan pendapatan hingga Rp 200 juta.

Selain karena kebijakan pelonggaran aktivitas publik, kenaikan kunjungan di Telaga Ngebel juga dipengaruhi musim panen durian.

Setelah pembatasan mulai dilonggarkan, tahun ini Pemkab Ponorogo menargetkan Telaga Ngebel dapat menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) hingga Rp 2,2 miliar.

Tahun ini pula pemkab berencana menggulirkan program revitalisasi untuk membenahi wajah Telaga Ngebel.

By admin